Inilah Kitab Karangan Ulama Sunda yang Wajib Kamu Tahu!

 Inilah Kitab Karangan Ulama Sunda yang Wajib Kamu Tahu!

Penjelasan Ricklefs Soal Masuknya Islam di Jawa (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kitab karangan ulama Sunda yang ditulis dengan aksara pegon dan berbahasa Sunda kini sudah bisa dinikmati publik. Lebih lagi, kitab-kitab tersebut telah banyak dialihbahasakan ke dalam 3 bahasa di antaranya Indonesia, Arab dan Inggris.

Dilansir dari NUOnline, Kiai Muhyidin termasuk ulama Sunda yang produktif menulis kitab menggunakan aksara pegon Sunda. Salah satu karya Kiai Muhyidin adalah kitab ‘Miftahussa’adah fi Ma`na Kalimatais Syahadah fi Aqaidi Ahlissunah Waljamaah’.

Kitab tersebut sudah ditulis ulang dengan bahasa sunda pegon, bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Proses penulisan ulang kitab ini merupakan realisasi dari program Wali (Wakaf Literasi) yang dicanangkan oleh Ridwan Kamil.

Hal itu ditujukan agar pemikiran dan pesan damai Islam yang sudah mendarah daging di Pesantren bisa dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Diketahui, hingga saat ini ada 30 kitab karya ulama Sunda tersebut yang sudah diterjemahkan semua.

Hanya saja, saat ini pihak keluarga baru menerbitkan Kitab Miftahussa`adah, baru kemudian sisanya akan diterbitkan dalam waktu dekat. Tentu kita berharap, penulisan ulang dan penerjemahan kitab karya ulama Nusantara ini bukan hanya dilakukan di Jawa Barat.

Adapun Kitab Kiai Muhyidin yang sudah diterbitkan ialah kitab yang membahas tentang tauhid. Di antara ulasannya adalah penjelasan tentang sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWT. dan Rasulullah, serta membahas tentang rukun iman dan rukun Islam.

Semoga menular juga di daerah lain sehingga pemikiran dan ajaran para ulama Nusantara bisa disampaikan kepada masyarakat Indonesia dan dunia. Sebagaimana harapan seorang pengurus Pesantren di Subang, Afif seperti dikutip dari NU Online bahwa kitab-kitab ulama Nusantara yang ada di Jawa, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan sebagainya sebaiknya juga melakukan hal yang sama. Dengan demikian, orang-orang dari luar daerah tersebut dapat memahami isi yang ada dalam kitab bahasa Jawa atau Bugis.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *