Ini Penjelasan dan Hukum Salat Rebo Wakasan
HIDAYATUNA.COM – Istilah Rebo wekasan atau Rabu terakhir di bulan Shafar bukanlah hal yang baru. Hari tersebut kerap diasumsikan dengan sejarah, ritual-ritual atau musibah-musibah, termasuk ritual salat Rebo wekasan. Sebagian menerima, sebagian yang lain menolaknya.
Lalu bagaimana pandangan fiqh Islam mengenai hukum salat Rebo wekasan? Pada dasarnya, tidak ada nash sharih yang menjelaskan anjuran salat Rebo wekasan.
Oleh sebab itu, bila salat Rebo wekasan diniatkan secara khusus, misalkan “aku niat shalat Shafar”, “aku niat shalat Rebo wekasan”. Tidak sah dan haram hukumnya.
Hal ini sesuai dengan prinsip kaidah fiqh:
“Hukum asal dalam ibadah apabila tidak dianjurkan, maka tidak sah.” (Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib Hasyiyah ‘ala al-Iqna’, juz 2, hal. 60).
Atas pertimbangan tersebut, ulama mengharamkan salat Raghaib di awal Jumat bulan Rajab, salat nishfu Sya’ban, salat Asyura’ dan salat kafarat di akhir bulan Ramadhan. Sebab shalat-shalat tersebut tidak memiliki dasar hadits yang kuat.
Ditegaskan dalam kitab I’anah al-Thalibin:
قال المؤلف في إرشاد العباد ومن البدع المذمومة التي يأثم فاعلها ويجب على ولاة الأمر منع فاعلها صلاة الرغائب اثنتا عشرة ركعة بين العشاءين ليلة أول جمعة من رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وصلاة آخر جمعة من رمضان سبعة عشر ركعة بنية قضاء الصلوات الخمس التي لم يقضها وصلاة يوم عاشوراء أربع ركعات أو أكثر وصلاة الأسبوع أما أحاديثها فموضوعة باطلة ولا تغتر بمن ذكرها اه
“Sang pengarang (syekh Zainuddin al-Malibari) berkata dalam kitab Irsyad al-‘Ibad, termasuk bid’ah yang tercela. Pelakunya berdosa dan wajib bagi pemerintah mencegahnya, adalah salat Raghaib, 12 Rakaat di antara maghrib dan Isya’ di malam Jumat pertama bulan Rajab, shalat nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, salat di akhir Jumat bulan Ramadhan sebanyak 17 rakaat dengan niat mengganti salat lima waktu yang ditinggalkan, shalat hari Asyura sebanyak 4 rakaat atau lebih dan shalat ushbu’. Adapun hadits-hadits shalat tersebut adalah palsu dan batal, jangan terbujuk oleh orang yang menyebutkannya.” (Syekh Abu Bakr bin Syatha, I’anah al-Thalibin, juz 1, hal. 270).
Hanya saja, bila salat Rebo wekasan diniati shalat sunah mutlak, dalam titik ini, ulama berbeda pandangan.