Apakah Benar Ada Banyak Kesialan Karena Rebo Wekasan?
HIDAYATUNA.COM – Terdapat sebuah kepercayaan yang berkembang di masyarakat bahwa Rebo Wekasan adalah hari yang tidak baik dan banyak kesialan, apakah benar demikian? Berikut ini adalah catatan kecil Abdul Wahab Ahmad mengenai hal tersebut.
Seorang kawan pernah bercerita bahwa makin lama makin banyak cerita orang yang tidak kuliah atau putus kuliah yang sukses.
Bill Gates pendiri Microsoft, Steve Jobs pendiri Apple, Mark Zuckerberg pendiri Facebook masuk dalam contoh orang-orang yang sukses dan terkenal meskipun putus kuliah itu.
Saya bilang ke kawan saya itu, tahu nggak kenapa makin lama makin banyak yang putus kuliah yang sukses begitu? Dia balik tanya, kenapa?
Saya menjawab, sebab yang putus kuliah lalu tak sukses tak ada yang cerita. Seketika kami tertawa.
Dia menimpali, meski yang gak sukses itu cerita pun tak ada yang mau mendengarkan akhirnya yang terekam hanya yang sukses.
Begitulah yang terjadi pada hal-hal yang dicocokologi dan disambung-sambungkan padahal tidak nyambung.
Kesuksesan mereka bukan karena putus kuliahnya tapi karena mereka cerdas, tekun dan visioner. Kebetulan saja mereka putus kuliah lalu dinarasikan seolah keduanya terkait, padahal tidak.
Yang sukses setelah lulus kuliah pun juga banyak, malah lebih banyak kalau mau dibuat daftarnya, tapi lagi-lagi suksesnya bukan karena lulusnya tapi karena kehebatan dan ketekunannya. Yang lulus tapi tidak sukses juga sama banyak.
Hal yang sama terjadi pada Rebo Wekasan. Beberapa masyarakat punya daftar panjang kesialan sebab tidak selamatan Rebo Wekasan. Makin lama daftarnya makin panjang.
Kenapa demikian, sebab yang tidak mengalami kesialan apa pun tidak bercerita. Kalau pun mereka bercerita bahwa mereka tidak mengalami kesialan apa pun, maka tidak menarik untuk diceritakan ulang sebab biasa saja tak ada intrik.
Tidak terjadi apa-apa berarti dilupakan sebab memang tak ada yang perlu diceritakan atau diingat dalam memori publik.
Coba giliran ada yang kebetulan sakit, kecelakaan, usahanya rugi, dan lain-lain, maka beberapa mulut gemar sekali membicarakannya dan menghubungkan dengan Rebo Wekasan.
Padahal tidak ada kaitannya sama sekali. Makin lama makin panjang daftar kesialan itu, namanya saja masalah orang hidup dikoleksi, maka pasti makin lama makin banyak koleksi untuk diceritakan.
Apakah ada kaitannya antara Rebo Wekasan dan masalah-masalah itu? Tentu tidak ada, cuma disambung-sambungkan.
Orang yang tidak paham nalar ini akan merasa bahwa kesialan Rebo Wekasan itu nyata sebab ‘buktinya’ banyak.
Padahal yang tidak mengalami apa pun jauh lebih banyak. Dan, yang dianggap sebagai ‘bukti’ itu tak lebih dari sekedar masalah reguler umat manusia di sepanjang hayatnya. []