Ini Alasan Abad 17 dan 18M Ulama Nusantara Gemilang
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Abad 17 dan 18 merupakan salah satu masa paling dinamis dalam sejarah social-intelektual kaum muslim. Alasan itu diungkapkan Nasuha dalam penilitiannya “Model Penelitian Sejarah Islam Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII”. Dimana, sumber dinamika Islam dalam abad ke-17 dan ke-18 adalah jaringan ulama, yang terutama berpusat di Makkah dan Madinah.
“Posisi penting kedua kota suci ini, khususnya dalam kaitan dengan ibadah haji. Itu yang menciptakan jaringan keilmuan dan menghasilkan wacana ilmiah yang unik,” kata Nasuha dikutip Ahad (10/1/2021).
Ia menambahkan, Azyumardi menemukan bahwa beberapa ulama seperti al-Raniri, al-Sinkili dan al-Maqosari serta al-Palembani. Sangat aktif terlibat dalam jaringan ulama global dengan pola hubungan yang sangat kompleks.
“Tema pokok gagasan mereka adalah keselarasan antara tasawuf dan syari’at. Ide mereka ini berhasil mempengaruhi sejarah Islam di Nusantara dari Islam mistik ke Islam neo-Sufism,” jelasnya.
Rekonsiliasi ini merupakan perkembangan terbaru dari konflik panjang antara Ulama Tasawuf dan Ulama Syari’at. Bahkan pada abad ke-18 terjadi rekonsiliasi empat mazhab Fiqh. Para ulama menyarankan patuh secara kritis terhadap satu mazhab tertentu namun toleran terhadap mazhab lain.
“Abad ke-17 dan ke-18 Tasawuf dan Syari’at atu sangat dinamis, aktif, reformism, revivalist dan kritis,” sambungnya.
Posisi strategis Haramayn (masjid Al-Haram dan masjid Al-Nabawy) sebagai pusat kegiatan keilmuan disamping berkembangnya madrasah-madrasah dan ribath-ribath. Disamping peranan para guru secara pribadi telah membangun hubungan-hubungan keilmuan yang berkembang. Yakni dari semangat keilmuan yang dibangun di kedua pusat keilmuan di atas.
Corak dan karakteristik dasar jaringan ulama yang menjadi semakin ekstensif pada abad ke-17. Hal ini jelas menampakkan hubungan antara ulama lebih awal dengan mereka yang terlibat dalam abad ke-17. Meliputi kaitan dasar Ulama dalam jaringan ini bersifat akademis, yang terdiri atas dua pola. Pola vertical antara guru dan murid, pola kedua yaitu horizonta