Hidayah Sang Mualaf di Malam Lailatul Qadar

 Hidayah Sang Mualaf di Malam Lailatul Qadar

Isra’ Mi’raj: Peristiwa Suprarasional yang dapat Dihayati Melalui Pendekatan Imani (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM – Denny Zhang, pria berdarah Tionghoa ini ini mendapatkan hidayah di malam lailatul qadar dan memilih menjadi mualaf. Ia yang lahir dan tumbuh besar di keluarga yang menjalankan tradisi kebudayaan leluhur, semula tidak begitu tertarik pada Islam.

Keacuhannya terhadap Islam terus berlanjut hingga usia 20 tahun hingga akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat di malam lailatul qadar. Hidayah itu bermula ketika Denny menjadi mahasiswa di perguruan tinggi, ia mulai merasa perlu untuk menemukan kedamaian batin.

Memasuki semester keempat, Denny semakin banyak teman dan di antaranya ialah Muslimin. Singkat cerita, Denny dipertemukan dengan seorang ustaz.

Dilansir dari Republika, Denny pun mulai terbuka kepada sang ustaz. Ia mengungkapkan bahwa dirinya dia tidak berposisi menggugat eksistensi Tuhan. Ia meyakini bahwa Tuhan ada.

Hanya saja ia merasa ragu untuk meyakini siapa Tuhan itu. Agama ini menyatakan itu. Agama lainnya menyebutkan yang berbeda. Sebagai manusia, bagaimana mengetahui mana yang benar atau kebenaran sejati itu?

Denny tampaknya bertemu dengan ustaz yang tepat. Ustaz tersebut lalu memintanya untuk tidak putus berdoa.

Menjelang tidur, Denny selalu memanjatkan doa kepada Tuhan. Ia berharap, Yang Maha Kuasa dapat memberikannya petunjuk.

Denny juga kerap berguru dengan para pegawainya yang muslim. Ia memperhatikan bagaimana para pegawainya itu menjalankan kepercayaannya.

Ikut Puasa dan Mendapat Petunjuk

Saat Ramadhan tiba, Denny ikut-ikutan menjalankan ibadah puasa. Memasuki hari kelima bulan Ramadhan, Denny merasakan pengalaman yang sulit dilupakan sampai hari ini.

Malam itu, suara azan terdengar dari menara-menara masjid di dekat rumahnya. Kumandang itu terasa syahdu. Tiba-tiba, dari radio yang disetelnya berkumandang pula panggilan azan.

Akan tetapi, bagi Denny sendiri, suara azan di radio memberikan sensasi yang berbeda. Ia pun gemetar dan pingsan.

Kejadian itu membuatnya banyak merenung. Akhirnya, pada hari-hari terakhir Ramadhan ia mengungkapkan pengalamannya kepada sang Ustaz. Sang dai kemudian memintanya untuk tidak tidur pada malam itu.

Tetaplah terjaga hingga subuh tiba. Selama waktu itu, fokuskan pikiran hanya untuk mengingat Tuhan. Ia pun melakukan saran itu.

Keesokan harinya, Denny melaporkan apa yang sudah dialami dan dilakukannya tadi malam kepada Ustaznya. Sang ustaz lalu mengucapkan hamdalah.

Barulah kemudian Denny mengetahui, malam itu diduga kuat sebagai Lailatul Qadar, malam yang penuh kemuliaan. Sebabnya dugaan itu, momen tersebut bertepatan dengan malam 27 Ramadhan.

Sebelum Idul Fitri, tekad Denny pun sudah bulat untuk menjadi Muslim. Setelah Lebaran, ia segera pergi ke rumah sunat untuk berkhitan. Beberapa hari kemudian, secara resmi ia mengikuti proses syahadat yang disaksikan jamaah dan dibimbing ustaz.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *