Haedar Nashir Ungkap Kompleksitas Masalah Umat Islam Dunia

 Haedar Nashir Ungkap Kompleksitas Masalah Umat Islam Dunia

Haedar Nashir (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Dewasa ini, sejumlah masalah yang dihadapi umat muslim sangatlah kompleks. Mulai dari tingkat global, regional maupun lokal.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Keberadaan ISIS (Islamic State in Iraq and Syria) lanjut Haedar turut memicu umat Islam semakin berada di situasi yang sulit.

“Kehadiran ISIS menambah keras dan kompleks dunia Islam, sehingga Kawasan Muslim tidak menjadi kekuatan yang disegani di ranah global. Harapan Kebangkitan Islam 15 Hijriyah makin lama makin redup,” kata Haedar dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, Selasa (28/9/2021).

Persoalan kompleks yang dihadapi umat muslim menurut Haedar ada yang berangkat dari kaum muslimun sendiri dan juga di luar umat muslim.

Setidaknya ada empat masalah besar. Pertama, perpecahan dan konflik di lingkungan umat Islam itu sendiri. Kedua, ketertinggalan umat Islam di bidang ekonomi, pendidikan, serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

“Akibatnya kaum muslimun kalah daya saing di hadapan golongan dan bangsa lain. Kondisi kaum muslim mayoritas masih “yad as-sufla” (tangan di bawah) dan belum “yad al-ulya” (tangan di atas) atau “menjadi santapan” pihak lain,” jelasnya.

Selanjutnya masalah yang ketiga terkait erat dengan masalah multikulturalisme. Yakni meluasnya pengaruh demokrasi, hak asasi manusia, dan pluralisme yang bercorak liberal-sekular dan berparadigma Barat.

“Meski banyak hal yang perlu dikritisi, tetapi tidak sedikit pula aspek multikulturalisme yang positif dan menyangkut hajat hidup publik seperti keterbukaan, kesetaraan, penghargaan terhadap hak-hak manusia, serta jaminan hidup damai dan toleran dalam kebhinekaan,” ujar Haedar.

Keempat, lanjut dia, masalah globalisasi dan revolusi teknologi informasi. Meski banyak aspek positif dari kehadiran teknologi informasi termasuk media sosial, tetapi terdapat dampak buruk.

“Antara lain masyarakat mengalami erosi “digility” atau etika kesopanan. Belum lagi tantangan Kecerdasan Buatan (AI) dan Rekayasa Genetik yang semakin hari semakin mereduksi ajaran agama,” jelasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *