Gus Baha Bantah Teori “Setiap Bid’ah Sesat”

 Gus Baha Bantah Teori “Setiap Bid’ah Sesat”

Ulama Muda Alim Asal Rembang Jawa Tenga Gus Baha Bantah Teori “Setiap Bid’ah Sesat”. Ini Penjelasannya Yang Harus Diketahui

HIDAYATUNA.COM – KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau lebih dikenal dengan panggilan “Gus Baha” adalah kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) yang dikenal memiliki pengetahuan luas, maklum selain telah hafal Al-Quran sedari kecil, beliau juga hafal Shohih Muslim lengkap dengan matan, rowi dan sanadnya, serta kitab-kitab klasik yang lain. Karenanya mengikuti pengajian Gus Baha sangat menentramkan, Islam terasa begitu mudah dan lapang.

Suatu ketika beliau membahas tentang fenomena kelompok yang mudah membid’ahkan sesama muslim yang saat ini semakin marak di negeri ini. وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ (Seburuk-buruknya perkara adalah yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka). Ini adalah hadis yang masyhur dan dijadikan landasan tentang Bid’ah.

Gus Baha memulai pembahasan dengan menerangkan bahwa dalam madzhab Syafi’i bid’ah terbagi menjadi dua,yaitu Hasanah (baik) dan Sayyiah (buruk). “Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki dalam kitabnya Abwabul Faroj dan kitab-kitab beliau yang lain mengatakan bahwa salah kalau mendefinisikan bid’ah sebagai hal yang tidak pernah dilakukan Nabi SAW itu salah besar” ucap Gus Baha.

Lantas beliau melanjutkan bahwa Sayyid Alwi Al-Maliki menceritakan tentang sebuah hadis, “Dalam hadis shahih diceritakan bahwa ada seorang sahabat yang menjadi imam Masjid Quba yang setiap mengimami shalat bacaan surahnya (setelah fatihah) hanya surah Al-Ikhlas (Qul Huwallahu Ahad), lantas para sahabat mengadukan hal ini kepada Nabi SAW.”

“Lantas ketika sahabat tersebut ditanya oleh Nabi SAW, “kenapa kamu kalau mengimami shalat selalu hanya pakai surah Al-Ikhlas ?”. Sahabat tersebut menjawab “Li Annaha Sifaturrohman” karena di dalam surat Al-Ikhlas itu hanya ada sifatnya Allah SWT dan tidak ada kepentingan siapapun disitu, maka dari itu saya senang membaca Al-Ikhlas. Lalu Nabi SAW berkata “Akhbirhu Fa Inallaha Yuhibbuh” Kasih tahu dia bahwa Allah SWT mencintainya.”

“Dalam contoh ini bisa kita simpulkan bahwa hal tersebut dibenarkan Nabi SAW tanpa ada pelajaran dari beliau, runtuhlah teori bid’ah adalah semua yang tidak pernah dilakukan dan diajarkan Nabi SAW, karena faktanya beberapa kali Nabi SAW membenarkan sesuatu yang belum pernah diajarkan oleh beliau.” Tutur Gus Baha

Gus Baha lalu menekankan dengan kalimat “Bid’ah yang pasti sesat itu adalah yang berhadap-hadapan dengan syariat, tetapi jika Bid’ah itu menguatkan syariat maka tidak musuhnya syariat tetapi malah menjadi bagian dari syariat.” Gus Baha kemudian mencontohkan sebuah hadis.

“Diceritakan dalam hadis shahih ada sahabat yang setelah I’tidal yang biasanya membaca  رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمٰوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ Tapi sahabat ini membaca الْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ setelah shalat selesai Nabi SAW berbalik dan mencari “Ayyukum Yaqulu Hadihil Kalimah ? Siapa tadi yang melafadkan itu ?” lalu para sahabat dia semua dan tidak ada yang berani menjawab karena mereka tahu kalimat tersebut tidak diajarkan oleh Nabi SAW.”

“Namun kemudian Nabi SAW berkata “tidak ada masalah cuma saya kaget saja karena ada 30 malaikat yang berebutan siapa yang duluan mencatat kalimat tersebut, karena begitu indahnya kalimat tersebut.” (Teks hadis tersebut tertulis dalam Shahih Bukhari Hadis nomor 799 : رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ)

“Dari hadis ini kita bisa menyimpulkan bahwa ada kalimat kreatif yang tidak diajarkan Nabi SAW tapi dibenarkan oleh Nabi SAW, makanya saya yakin kalau Nabi SAW melihat kita saya mengajar seperti ini lalu anda semua membawa kitab dan mencatat pasti Nabi SAW senang, hal ini tidak bisa dibid’ah-kan karena Nabi SAW tidak bisa menulis. (misalnya)” Ucap Gus Baha.

Gus Baha menutup pembahasan tentang bid’ah ini dengan mencontohkan bagaimana ulama Ushul Fiqh menyelesaikan sebuah permasalahan.

“Tidak bisa kamu memakai definisi bidah itu adalah yang tidak pernah dilakukan nabi SAW, tidak bisa seperti itu. Apalagi kalau kamu mempelajari Ushul Fiqh malah akan kelihatan (bahwa orang) yang sedikit-sedikit menduh Bid’ah itu salah, karena dalam Ushul Fiqh itu kalau memaknai hadis itu diganti, seperti contoh hadis ini  اِتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ ” ucap Gus Baha mencontohkan.

Asbabul Wurud hadis ini adalah ketika Nabi SAW bercerita tentang keadaan di neraka, bahwa neraka itu sangat menakutkan Fattaqun an-Nar Walau Bi Syikki Tamrotin “neraka itu bisa kamu lawan walaupun hanya dengan setengah buah kurma” (bersedekah dengan setengah kurma), tetapi kalau ulama Ushul Fiqh menafsiri Bi Syikki Tamrotin sama saja dengan Bi Qutin atau apa saja makanan yang menjadi makanan pokok di daerah tersebut kalau disedekahkan itu termasuk melawan neraka. Seperti beras kalau di Indonesia.” Tutup Gus Baha.

Wallahu ‘Alam

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *