Ayat Alquran Tentang Parenting Bekal Orangtua Mengasuh Anak
HIDAYATUNA.COM – Sebagai kitab pegangan sekaligus sumber utama ajaran Islam, Alquran mengandung banyak hal. Perkara yang tak luput disinggung oleh Alquran adalah tuntunan dalam berinteraksi antara satu manusia dengan manusia lainnya. Termasuk dalam hal ini adalah berbakti pada orangtua.
Tak heran bila banyak ayat Alquran yang mengulas urgensi berbakti pada orangtua. Bahkan Rasulullah saw sendiri menyatakan bahwa berbakti pada orangtua termasuk salah satu amalan yang paling utama.
Salah satu ayat yang paling esensial tentang berbakti pada orangtua adalah surat al-Isra’/17 ayat 23.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “cih!” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Makna dari ayat di atas tentu saja lebih luas daripada apa yang disebutkan secara tersurat. Dengan kata lain, berbakti pada orangtua itu lebih dari sekadar ‘tidak berkata buruk’ pada mereka.
Namun, yang luput dari dari hubungan antara orangtua dengan anak selama ini adalah pertanyaan tentang apakah ada ayat Alquran yang menyinggung bagaimana cara mengasuh anak yang baik. Sebab, pola asuh orangtua akan sangat berdampak pada seperti apa perilaku anak nantinya.
***
Berangkat dari hal tersebut, maka bisa dikatakan bahwa untuk menjadikan anak berkenan berbakti pada orangtua dibutuhkan pola asuh yang baik. Kita tentu saja tak bisa berharap anak kita mau berbakti bila kita sendiri tak mengasuhnya dengan baik.
Contoh pola asuh yang baik bisa dilihat dari pola asuh yang dipraktikkan oleh Nabi Ibrahim as. Beliau menerapkan pola asuh yang demokratis. Hal ini telah terekam jelas dalam surat al-Shaffat/37 ayat 102 berikut.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”. Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.
Melalui ayat di atas bisa diketahui bahwa metode yang digunakan Nabi Ibrahim as adalah metode dialog. Hal tersebut beliau lakukan untuk meminta pendapat dari putranya, yakni Ismail as.
Ini merupakan satu hal yang harus diteladani. Sebab, melalui metode tersebut Nabi Ibrahim as telah memberi contoh pada para orangtua supaya mengikutsertakan anaknya. Misalnya dalam memecahkan sebuah masalah―khususnya masalah yang menyangkut si anak.
Namun, di sisi lain Alquran mengisahkan beberapa pola asuh yang otoriter. Meski demikian, perlu dicatat bahwa konteks realitas sosial dalam ayat tentang pola asuh otoriter berbeda dengan ayat yang menerangkan pola asuh demokratis.
***
Hal ini salah satunya bisa ditemukan pada perbincangan antara Nabi Ya’qub as dengan Yusuf as yang terekam dalam surat Yusuf/12 ayat 4 dan 5.
إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ (4)
قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ (5)
- (Ingatlah!) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
- Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”
Dalam ayat di atas terdapat redaksi (لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ)―”Jangan engkau ceritakan mimpimu!” Redaksi tersebut menandakan bahwa Nabi Ya’qub as tidak memberi kebebasan pada anaknya (Yusuf as) untuk bercerita pada saudara-saudaranya perihal mimpi yang ia dapatkan.
Namun, sikap Nabi Ya’qub as tersebut justru merupakan bentuk kasih sayangnya pada Yusuf as. Nabi Ya’qub as menyadari bahwa saudara-saudara Yusuf as menaruh kedengkian padanya. Bila Yusuf as menceritakan mimpinya tersebut, maka sangat mungkin hal yang lebih buruk akan terjadi.
Sementara itu, dalam ayat lain ditunjukkan keteladanan Nabi Nuh as yang begitu menyayangi anaknya (Kan’an). Meski anaknya tersebut telah menutup telinganya rapat-rapat terhadap perkataan Nabi Nuh as.
***
Hal ini tercantum dalam surat Hud/11 ayat 42.
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ
Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir!”.
Dalam ayat tersebut bisa dilihat bahwa Nabi Nuh as tetap memanggil putranya dengan “Ya Bunayya!” (Wahai anakku!), meskipun anaknya tersebut durhaka padanya. Ini merupakan satu hal yang patut diteladani kita semua.
Seperti apa pun kelakuan anak kita, jangan sampai memanggilnya dengan panggilan yang buruk. Usahakan tetap panggil ia dengan panggilan yang baik (seperti yang dicontohkan Nabi Nuh as).
Demikianlah beberapa ayat yang memiliki tema parenting. Semoga kita semua bisa mempraktikkan metode-metode yang telah dicantumkan oleh Alquran tersebut!
Berbekal hal itu (pola asuh yang baik), maka sepertinya kita sudah pantas untuk berharap anak-anak kita bisa menjadi individu yang senantiasa berbakti pada orangtuanya, Aamiin!.
Sumber Rujukan
Abror, Pathil. “Konsep Pola Asuh Orang Tua dalam Alquran (Studi Analisis Ayat-ayat Komunikasi Orang Tua dan Anak)”, Syamil, vol. 4, no. 1. 2016.
M, Nur Sari Dewi. “Pola Komunikasi Orang Tua terhadap Anak Berbasis Parenting Qur’ani”, At-Tabayyun: Jurnal Kajian Keislaman, vol. 2, no. 1. 2020.