Umar bin Khattab Generasi Awal Pembaharu Islam
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Cendekiawan Islam Indonesia Nurcholish Madjid atau akrab disapa Cak Nur mengkategorikan sosok khalifah kedua, Umar bin Khattab sebagai generasi awal pembaharu Islam. Menurutnya, Umar berjasa besar dalam menentukan sejarah Islam.
Pandangan Cak Nur mengenai Umar sebagai generasi awal pembaharu Islam ini diungkapkan Ali Murtado dalam tulisannya berjudul Menengok Kembali ‘Khazanah Intelektual Islam‘, sebagaimana dikutip Hidayatuna.com, Selasa (23/6/2020).
Menurut Ali Murtado, Cak Nur memaparkan pemikirannya bahwa sejarah perkembangan Islam tidak mungkin lepas dari ide-ide inovatif dan progresif para tokoh intelektual di zamannya. Dimana sejumlah produk tajdid (pembaharuan) telah berkontribusi besar dalam membentuk dan menyelamatkan peradaban Islam, sejak awal Islam ditinggal wafat Rasulullah hingga sekarang.
“Cak Nur misalnya menyebut nama Umar bin Khattab sebagai generasi awal pembaharu Islam. Bagi Cak Nur, khalifah kedua ini adalah tokoh progresif yang berjasa besar dalam menentukan sejarah Islam,” tulis Ali.
Salah satu contoh tindakan Umar yang progresif dan sepintas seperti bertentangan atau tidak sejalan dengan Kitab Suci dan Percontohan Nabi (Sunnah) adalah kebijakannya untuk tidak membagikan tanah-tanah pertanian di Syria dan Irak yang saat itu baru ditaklukkan kepada tentara muslim.
Alih-alih memberikannya kepada para tentara muslim yang menang perang tersebut, Umar malah membagikannya kepada para petani kecil setempat sekalipun bukan atau belum muslim (Madjid:5). Kebijakan ini menuai protes keras, salah satunya dari Bilal, mu’adzin kesayangan Nabi, yang menuduh Umar telah menyimpang.
Umar berani mengambil risiko dan berpolemik dengan para sahabatnya sendiri, karena bagi Umar, beriman kepada Alquran dan Sunnah tidak cukup dengan teks, tetapi harus mampu menangkap pesan etis dibalik teks tersebut.
“Pesan etis dari pembagian rampasan perang kepada para petani miskin tersebut adalah Umar ingin menunjukkan bahwa Islam datang, selain membawa misi menghapus kemiskinan, juga membawa pesan rekonsiliatif, bahkan terhadap mereka yang kalah perang,” jelasnya. (MK/Hidayatuna)