Tiga Aspek Moderasi dalam Beragama Sesuai al-Quran dan Sunah

 Tiga Aspek Moderasi dalam Beragama Sesuai al-Quran dan Sunah

HIDAYATUNA.COM, Pesawaran – Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Provinsi Lampung, H Wasril Purnawan menyebut tiga pilar moderasi beragama yang harus ditegakkan seluruh elemen bangsa dalam rangka mewujudkan kehidupan beragama yang sesuai dengan nilai-nilai al-Quran dan sunah.

“Moderasi beragama tersebut adalah moderasi dalam pemikiran, gerakan, dan perbuatan. Pertama, moderasi pemikiran adalah langkah yang dilakukan dengan memadukan teks dan konteks. Kedua, moderasi gerakan yakni melakukan kebaikan dengan cara yang baik,” ungkapnya, diterima HIDAYATUNA.COM dari laman NU Online, Minggu (24/11/2019).

Sementara keempat, lanjutnya, moderasi perbuatan yakni penguatan relasi antara praktik agama dan tradisi dan kebudayaan masyarakat setempat. Selain itu, agama tidak dihadapkan secara diametral dengan budaya, tapi saling terbuka membangun dialog untuk kebudayaan baru.
.
“Moderat dalam beragama bukan berarti mengkompromikan prinsip dasar atau ritual pokok agama demi untuk menyenangkan orang Iain yang berbeda paham keagamaannya atau berbeda agama. Justru percaya diri dengan esensi ajaran agama yang dipeluknya yang mengajarkan prinsip adil dan berimbang, tetapi berbagi kebenaran sejauh menyangkut tafsir agama,” jelasnya di depan jamaah ‘Akademi Dai Wasathiyah’.

Moderasi beragama, lebih lanjut, sangat penting dan harus diarusutamakan karena dinilai menjaga martabat manusia dan melihat fakta kompleksitas kehidupan manusia dalam beragama sekaligus sebagai strategi budaya untuk merawat keindonesiaan.

Di sisi lain, ia mengingatkan bahwa bonus demografi ini, terkait keberlangsungan moderasi beragama, akan diperoleh bangsa Indonesia harus mampu dimaksimalkan dan menjadi peluang untuk lebih suksesnya misi mensyiarkan Islam wasathiyah.

“Bonus demografi di mana usia produktif yakni umur 14-64 tahun bisa menyumbang banyak hal tapi ketika salah kelola akan menjadi bumerang dan menyumbang persoalan. Dan sumbangan positif bisa masuk dari penanaman dan maksimalisasi moderasi beragama,” ujarnya.

Melihat fakta saat ini, umur-umur produktif lebih mencari sisi praktis dengan belajar agama cukup melalui media sosial, sehingga panggung media sosial dikuasai oleh paham-paham yang bermasalah. Islam moderat harus tampil menguasai narasi di dunia maya.

“Langkah tepat sekali saat ini sudah banyak kajian-kajian dari para kiai di pesantren baik video maupun melalui website yang mewarnai media sosial,” tukasnya.

‘Akademi Dai Wasathiyah’ diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung, yang dipusatkan di Markas Komando Brigif Marinir 4 di Kabupaten Pesawaran, Lampung.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *