Takjub Tata Kelola Haji, Turki Siap Belajar ke Indonesia
www.hidayatuna.com – Negara Republik Indonesia sebagai negara pengirim jamaah haji terbesar di dunia dinilai berhasil menyelenggarakan seluruh prosesi haji dengan tertib dan teratur. Jamaah haji Indonesia pun dikenal patuh.
Apresiasi ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Haji dan Umrah Turki Remzi Bircan saat menggunjungi Misi Haji Indonesia, di Kantor Urusan Haji Indonesia, di Makkah. “Sehingga, kami ingin sekali belajar bagaimana mengelola haji seperti Indonesia,” ujar Remzi.
Hadir dalam pertemuan tersebut Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Nizar Ali, Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Endang Jumali, para Pengendali Teknis PPIH, serta Kepala Daerah Kerja Makkah Subhan Cholid.
Saat ini, menurut Remzi, Indonesia memiliki kuota tiga kali lipat lebih besar dari Turki. “Turki memiliki kuota sebanyak 80 ribu jamaah. Itu terdiri dari 30 ribu jamaah haji khusus dan 50 ribu jamaah haji reguler,” imbuhnya.
Namun, lanjut Remzi, dengan jumlah jamaah yang besar ini Indonesia dinilai dapat mengorganisasi dengan baik. Padahal bagi pihaknya, melakukan pergerakan dari Makkah ke Arafah, kemudian dari Arafah ke Mina dengan membawa 80 ribu jamaah saja sudah merupakan kesulitan tersendiri.
Maka dalam kesempatan pertemuan tersebut, Remzi bermaksud membangun silaturahmi untuk kemudian dapat berbagi ilmu dan pengalaman dengan Indonesia.
“Pembicaraan ini kami harap dapat kita dilanjutkan di Jakarta, Indonesia atau pun di Ankara, Turki,” ujar Remzi.
Sementara Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Nizar Ali menyampaikan terima kasih atas apresiasi yang diberikan. “Alhamdulillah, kita diberikan kehormatan oleh Turki untuk bertukar informasi,” kata Nizar.
“Kita dipandang sebagai pengelola ibadah haji yang rumit, karena dari sisi jumlah jamaah haji yang datang ke sini terbesar di dunia. Lalu kita juga dikenal jamaah haji yang paling tertib, paling penurut, sehingga ini mereka butuh belajar dari kita,” imbuhnya.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit tersebut, Remzi sempat terkejut dengan perbandingan jumlah jamaah dengan petugas haji. Turki memiliki 2500 petugas untuk melayani 80 ribu jamaah haji. Sementara, Indonesia hanya memiliki 4300an petugas untuk melayani 231 ribu jamaah haji.
“Mereka tadi sempat kaget juga dengan jumlah hotel yang kita sewa di Makkah. Di Makkah ini Indonesia menyewa 173 hotel, sementara di Madinah ada 106 hotel. Mengorganisasi ini jelas tidak mudah,” kata Sri Ilham.
Belum lagi menurut Sri Ilham, jumlah maktab jamaah haji Indonesia di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) jauh lebih besar dari Turki. Sebanyak 214 ribu jamaah haji reguler Indonesia pada 1440H/2019M ini terbagi dalam 73 maktab, sementara Turki hanya memiliki 12 maktab untuk 50ribu jamaah.
“Banyak sebenarnya yang ingin dibicarakan, tapi kali ini waktunya terbatas. Nanti insya Allah akan dilanjutkan di Indonesia atau Turki,” tutur Sri Ilham. (sumber okezone.com)