Shalat Istisqa: Makna Dan Hukumnya

 Shalat Istisqa: Makna Dan Hukumnya

Dilanda Kekeringan, Raja Maroko Himbau Rakyatnya Shalat Istisqa

Istisqa dalam bahasa Arab artinya meminta air minum. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِه

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya”.[QS. Al-Baqarah: 60]. Sedangkan makna istisqa secara syar’i adalah memohon kepada Alllah Subhanahu wa Ta’ala supaya diturunkan hujan ketika kaum muslimin di suatu negeri mengalami kekeringan dan kemarau panjang. Hukum Istisqa adalah mustahab (sunnah) sebagaimana dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan diamalkan oleh para shahabat, dan tabi’in setelahnya.

MACAM-MACAM ISTISQA

Ada 3 cara melaksanakan istisqa yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

  • Istisqa yang dilaksanakan setelah shalat. Ini dikenal dengan shalat al-istisqa.
  • Istisqa yang dilakukan khatib di akhir khutbah jum’at.

Dalilnya adalah hadits Anas radhiyallahu ‘anhu:

أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ اَلْمَسْجِدَ يَوْمَ اَلْجُمُعَةِ, وَالنَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – قَائِمٌ يَخْطُبُ. فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ, هَلَكَتِ اَلْأَمْوَالُ, وَانْقَطَعَتِ اَلسُّبُلُ, فَادْعُ اَللَّهَ –عَزَّ وَجَلَّ– يُغِيثُنَا, فَرَفَعَ يَدَيْهِ, ثُمَّ قَالَ: “اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا, اَللَّهُمَّ أَغِثْنَا…” .مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Bahwasannya seorang laki-laki masuk ke dalam masjid pada hari jum’at, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah. Kemudian dia berkata: Wahai Rasulullah, harta-harta telah musnah dan jalan-jalan telah terputus (karena kekeringan), maka berdo’alah kepada Allah ‘Azza wa Jalla supaya menurunkan hujan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya, kemudian berdo’a: “Ya Allah berilah kami hujan, ya Allah berilah kami hujan…”.[Muttafaq ‘alaih].

  • Istisqa yang dilakukan oleh setiap muslim di dalam do’anya pada waktu-waktu mustajabah.

Dalilnya adalah hadits Anas radhiyallahu ‘anhu:

«أَنَّ عُمَرَ – رضي الله عنه – كَانَ إِذَا قَحِطُوا يَسْتَسْقِي بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ اَلْمُطَّلِبِ. وَقَالَ: اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَسْقِي إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا, وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا، فَيُسْقَوْنَ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: Bahwasanya Umar radhiyallahu ‘anhu apabila terjadi kekeringan meminta Abbas bin Abdilmuttalib (untuk berdo’a). Sambil berkata: “Ya Allah dulu kami beristisqa dengan (do’a) Nabi-Mu maka engkau menurunkan kepada kami hujan, dan sekarang beristisqa dengan (do’a) paman Nabi-Mu, maka turunkanlah hujan kepada kami”, kemudian turunlah hujan.[Muttafaq ‘alaih].

TATA CARA SHALAT ISTISQA 

Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata:

«خَرَجَ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – مُتَوَاضِعًا, مُتَبَذِّلًا, مُتَخَشِّعًا, مُتَرَسِّلًا, مُتَضَرِّعًا, فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ, كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ, لَمْ يَخْطُبْ خُطْبَتَكُمْ هَذِه». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  keluar (untuk shalat istisqa) dalam keadaan tawadhu’, tidak memakai pakaian mewah, khusyu’, berjalan dengan tenang, dan penuh pengharapan, kemudian Beliau shalat dua raka’at sebagaimana shalat ‘id (hari raya), dan tidak berkhutbah seperti khutbah kalian ini”.[Muttafaq ‘alaih].

Dari hadits di atas dapat kita ambil beberapa faidah tentang tata cara shalat istisqa:

Waktu shalat istisqa adalah setelah terbit matahari setinggi tombak, karena sebelum waktu tersebut adalah waktu-waktu terlarang untuk shalat sunnah mutlaq (tanpa sebab), sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu:

لَا صَلَاةَ بَعْدَ اَلصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ اَلشَّمْسُ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Tidak ada shalat setelah shalat shubuh sampai matahari terbit”. [Muttafaq ‘alaih].

Dan dalil bahwasanya waktu tersebut adalah waktu shalat istisqa hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

شَكَا اَلنَّاسُ إِلَى رَسُولِ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قُحُوطَ الْمَطَرِ, فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ, فَوُضِعَ لَهُ فِي اَلْمُصَلَّى, وَوَعَدَ اَلنَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ, فَخَرَجَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ اَلشَّمْسِ

Artinya: “Orang-orang mengeluhkan kemarau panjang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau menyuruh mereka untuk meletakkan mimbarnya di mushalla, dan menentukan hari supaya mereka keluar (untuk shalat istisqa), kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar (ke mushalla) ketita matahari mulai terlihat”.

Tempat shalat istisqa adalah di tanah lapang. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas bahwa para shahabat meletakkan mimbar di mushalla.

Berikut ini ringkasan tata cara shalat istisqa:

  1. Shalat dua rakaat.
  2. Rakaat pertama takbir tujuh kali sebelum membaca surat Al-Fatihah.
  3. Rakaat kedua takbir lima kali sebelum membaca surat Al-Fatihah.
  4. Khutbah dua atau sekali sebelum (atau setelah) shalat. Khutbah setelahshalat lebih utama.
  5. Sebelum masuk khutbah pertama khatib membaca istighfar sembilan kali.
  6. Sebelum masuk khutbah kedua khatib me
  7. mbaca istighfar tujuh kali.
  8. Perbanyak doa dalam khutbah kedua.

KHUTBAH PADA SHALAT ISTISQA

Dalam khutbah istisqa disunnahkan bagi khatib untuk mengajak kaum muslimin bertaubat dan memperbanyak istighfar, karena kekeringan dan kemarau panjang yang menimpa kaum muslimin tidak lain disebabkan oleh dosa mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Munculnya bencana di daratan dan lautan itu tidak lain karena perbuatan manusia, supaya mereka merasakan akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (bertaubat kepada Allah).[QS. ar-Rum: 41].

Disunnahkan juga bagi khatib untuk berdo’a sesuai dengan do’aRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sambil mengangkat kedua tangannya, dan membalikkan surbannya. Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beristisqa kemudian beliau berdoa sambil mengangkat kedua tangannya sampai kelihatan kedua ketiaknya yang putih bersih, kemudian membelakangi jama’ah, dan membalikkan surbannya.

DO’A ISTISQA

Diantara doa-doa istisqa yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ

اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ

اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ

اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ

اللَّهُمَّ إِنَا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *