Politik Gagasan Lebih Utama dari Politik Uang
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Dalam hiruk pikuknya pesta demokrasi, kita disuguhkan dengan berbagai tontonan, entah itu sekedar gimik atau yang dipertontonkan itu keseriusan.
Namun, apa yang kita dapatkan dari tahun politik ini? Apakah hanya sekedar candaan? Atau hanya sekedar menjadi objek ekspolitasi oleh kaum siyasah picik?
Tentu dengan adanya momentum tahun politik ini kita harus memikirkan dulu sejenak apa yang telah terjadi di masa lalu, dan tentunya tidak lupa kita harus menatap pada masa depan tatangan apa yang kita hadapi.
Sebagai orang awam dalam hal urusan dunia politik praktis saya berpikir sejenak apa yang telah terjadi di masa lalu.
Dalam hal isu tentang penegakan hukum saja kita telah melalu berbagai babak misal ada atasan yang memanfaatkan anak buahnya demi membunuh bawahannya.
Lalu ada juga yang terlupakan luput dari pembahasan isue tentang kematian orang-orang yang memprotes hasil putusan Pilpres 2019, kasus kilometer 50 yang tak ada hasilnya walau sudah membentuk tim pembedah fakta.
Selain itu ada pula kebijakan yang mejadi isu sentral pada saat itu, yaitu kebijakan diaturnya pengeras suara di dalam masjid.
Bahkan kita juga telah melalui masa sulit yaitu pada Covid-19 orang yang meninggal akibat terjangkit penyakit Covid-19 jangan dimandikan tapi harus langsung dikubur bersama dengan peti-petinya.
Sedangkan hal itu bertentangan dengan syariat Islam di mana seseorang yang telah meninggal wajib untuk dimandikan sesuai dengan syariat Islam, setelahnya dibalut dengan kain kafan, lalu dishalatkan.
Lantas dengan berbagai kejadian dima salalu kita harus berbuat apa? Dan apa kaitannya dengan tahun politik saat ini?
Begini slurd, jangan sampai kita terbujuk oleh politik uang, politik balas budi, apa maksudnya suara kita dibeli tanpa kita mengetahui apa yang akan ia perjuangkan untuk lima tahun kedepan.
Karena bagi saya sebagai masyarakat civil kita hanya bisa menitipkan gagasan kita terhadap wakil rakyat kita, ataupun kita satu frekuensi gagasan dengan wakil rakyat yang kita akan pilih.
Karena bagi saya politik bukan hanya sekedar soal politik uang, bukan pula bagi-bagi minyak namun persoalannya bagaimana kita bisa tentram aman dan nyaman dalam berkehidupan.
Semisal ketika kita tahu akan pokok pikiran sesorang wakil rakyat kita bisa dilindungi semisal tentang perlindungan akan sumber air untuk pertanian.
Atau kita akan dilindungi ketika kita kesusahan dalam melakukan pengobatan kerumah sakit bagi yang tidak mampu.
Intinya sebelum kita menentukan pilihan setidaknya kita harus tahu pokok pikiran apa yang disuguhkan oleh calon pemimpin kita.
Dan untuk calon pemangku kebijakan eksekutif kita harus tahu visi dan misi mereka seperti apa agar kita bisa mengawal janji yang mereka berikan pada kita.
Jangan terlalu pesimis terhadap calon yang hanya menggunakan politik gagasan dalam kampanyenya dengan alasan setelah jadi tidak akan ingat terhadap rakyatnya atau alasan lain.
Karena kalau kita mendahulukan asumsi, niscaya kespatian pun tak akan kita temui.
Tak perlu kita pesimis terhadap wakil kita diparlemen karena pada saat inilah kita bisa memilah calon mana yang memang hanya membuai dengan perkataannya dan yang mana seseorang yang selalu menepati janjinya.
Pada masa-masa pemilu inilah mari kita bersama-sama berjabat tangan untuk meninggalkan budaya yang menyebabkan rusaknya demokrasi di tanah air ini.
Mulailah dengan Pemilu tahun 2024 kita tinggalkan budaya sogok menyogok itu pekerjaan kotor yang sudah usang dan mesti kita tinggalkan kepada politik yang membangun, politik yang mensejahterakan bersama-sama tanpa pandang bulu, golong manapun, dan tentunya memenuhi aspirasi dari rakyatnya.
Kalau kita tak meninggalkan budaya seperti itu bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau semisal mereka ditakdirkan untuk menjadi politisi, mereka akan kelabakan dengan adanya budaya yang sudah mengakar ini.
Tips untuk Menghindari Politik Uang
Pertama kita harus pegang teguh prinsip bahwa politik uang itu akan menghancurkan tatanan demokrasi dan tentunya akan membuat si politisi tersebut sengsara dan tak akan memikirkan apa yang harus diperjuangkan untuk rakyatnya.
Kedua hindari orang-orang yang menganggap normal politik uang, kalau bisa coba untuk diserahkan bagaimana bahanya politik uang.
Ketiga anggaplah kalau uang yang dikasih oleh politisi itu akan memperbudak kita untuk memilihnya karena dengan demikian kita akan langsung menolak uang tersebut.
Keempat buat persepsi kalau suara kita itu tak biasa di ukur dengan materi sebesar apapun materi itu, karena suara kita adalah suara Tuhan (rakyat) maju mundurnya bangsa ini ada dipangkuan suara yang kita pilih. []