Menyikapi Krisis Iklim dari Perspektif Al-Qur’an

 Menyikapi Krisis Iklim dari Perspektif Al-Qur’an

Kelaparan, Anak-Anak di Utara Gaza dalam Kondisi Memprihatinkan (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Krisis iklim kini tengah menjadi atensi di seluruh belahan dunia. Ancaman pemanasan global yang terjadi di Bumi mendesak umat manusia untuk melakukan mitigasi skala besar demi menghindari penderitaan yang disebabkan oleh krisis iklim.

Krisis iklim disebabkan salah satunya karena lapisan ozon di atmosfer Bumi yang menipis.

Akibat dari penipisan lapisan ozon di antaranya yakni perubahan suhu di Bumi, perubahan pola curah hujan dan peningkatan permukaan air laut.

Ketiganya memiliki pengaruh besar bagi kehidupan seperti merusak kualitas udara dan lingkungan, membahayakan kesehatan manusia, pengelolaan sumber daya alam dan keamanan pangan.

Dominasi Kegiatan Manusia

Penyebab terjadinya krisis iklim didominasi oleh kegiatan manusia dari sektor hulu (elit, pengusaha, pemodal, pemerintah) hingga hilir (masyarakat umum, konsumen).

Pengaruh dari kegiatan manusia ini dianggap lebih mendominasi daripada variabilitas alami Bumi.

Perusahaan-perusahaan dan industri menyumbang besar atas emisi gas karbon global yang menjadi penyebab menipisnya lapisan ozon dan perubahan iklim.

Bahkan kenaikan emisi gas rumah kaca meningkat setiap tahunnya.

Sementara itu, konsentrasi gas rumah kaca di antaranya karbon dioksida, pada umumnya diperoleh dari bahan bakar fosil.

Penggunaan yang terlalu berlebihan menjadi salah satu penyebab meningkatnya suhu panas Bumi, cuaca tidak menentu, panas ekstrem dan curah hujan tinggi.

Bahkan krisis iklim tak hanya terjadi di daratan, namun juga mengancam ekosistem di lautan.

Aktivitas Penyumbang Krisis Iklim

Aktivitas manusia yang menyumbang besar terhadap krisis iklim ialah pengubahan energi listrik dan panas, manufaktur barang dan pertambangan, penggunaan alat transportasi, suplai energi untuk ruangan dan produksi makanan.

Semua kegiatan itu paling banyak menggunakan bahan bakar fosil yang menyumbang besar atas emisi gas rumah kaca.

Selain itu penebangan hutan secara liar maupun terorganisir dalam skala besar juga memperparah perubahan iklim.

Pohon yang ditebang akan melepaskan karbon yang tersimpan di dalamnya sehingga menghasilkan emisi.

Di lain sisi, pohon berkontribusi besar dalam penyerapan gas karbon dioksida untuk mengurangi emisi.

Karena pohon-pohon ditebangi dan hutan-hutan digunduli, kemampuan alami Bumi untuk mengurangi emisi di atmosfer menjadi kacau tak terkendali.

Kerusakan alam dan lingkungan akibat ulah manusia juga menjadi faktor yang memperparah krisis iklim dunia.

Tentu saja pemerintah dan para elit pengusaha harus memerhatikan secara penuh terhadap kondisi kerusakan lingkungan dan bergegas membuat kebijakan yang berpihak pada lingkungan. Karena jika tidak, dampak krisis iklim masih terus menghantui kita.

Agama Melarang Perusakan Alam

Sebagai manusia yang berbudi dan berakhlak, sudah semestinya menyadari bahwa menjaga alam adalah tugas yang diamanatkan Tuhan.

Perilaku merusak alam adalah tindakan yang dikecam oleh-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dengan banyak ayat tentang peringatan kepada manusia untuk tidak merusak alam.

Sebab tindakan perusakan hanya akan mengganggu keseimbangan alam yang telah ditetapkan sunnatullah.

Di antara ayat-ayat al-Quran yang memperingatkan manusia untuk tidak merusak alam tercantum dalam Surat al-Baqarah ayat 60.

۞ وَاِذِ اسْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۗ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ عَلِمَ كُلُّ اُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ

Artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air.

Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di Bumi dengan berbuat kerusakan.”

Ayat tersebut secara jelas menjelaskan bahwa Allah menyebut tindakan merusak adalah sebuah kejahatan, terutama merusak alam.

Karena alam adalah anugerah yang berkontribusi besar dalam tata kehidupan manusia di Bumi.

Eksploitasi Alam adalah Keserakahan

Keberadaan tumbuhan, hewan, dan segala sesuatunya diciptakan untuk kepentingan manusia.

Namun demikian manusia tidak boleh bertindak serakah dengan mengeksploitasi alam semaunya sendiri.

Sebab Tuhan sangat membenci orang-orang yang berbuat kerusakan dengan mengeksploitasi alam tanpa mempertimbangkan keselamatan lingkungan.

Firman Allah dalam Surat Al-Maidah: 64

 وَاَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۗ كُلَّمَآ اَوْقَدُوْا نَارًا لِّلْحَرْبِ اَطْفَاَهَا اللّٰهُ ۙوَيَسْعَوْنَ فِى الْاَرْضِ فَسَادًاۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Artinya:

“Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari Kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya.

Dan mereka berusaha (menimbulkan) kerusakan di Bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Menjaga Alam adalah Perintah Tuhan

Dengan demikian, menjaga alam dari perilaku kerusakan adalah perintah Tuhan yang perlu dilakukan manusia. Tentu saja hal ini demi keselamatan manusia sendiri.

Telah terbukti bahwa krisis iklim dan kerusakan lingkungan menyebabkan berbagai bencana, seperti banjir, tanah longsor, pemanasan global, dan masih banyak lagi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan alam dengan sebaik-baiknya tempat bagi manusia, sehingga sudah sepantasnya kita semua wajib menjaga kelestariannya.

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya:

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di Bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.

Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Al-A’raf: 56)

Sebagai penutup, tentu saja banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapi krisis ilkim.

Hal-hal kecil seperti mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, mematikan lampu, mencabut colokan listrik yang tak terpakai, mengurangi sampah plastik, hemat air, mendaur ulang sampah dan menanam pohon.

Kebiasaan kecil yang kita lakukan sehari-hari jika dilaksanakan secara massal akan berperan penting menghadapi perubahan iklim dan keselamatan lingkungan. []

Arini Sa’adah

Freelance Writer

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *