Kisah Perjumpaan Sahabat Tamim al-Dari dengan Masih al-Dajjal di Laut Syam
HIDAYATUNA.COM – Muhammad Sa’id Mubayyidh dalam Mausu’ah Hayat al-Sahabah mengatakan bahwa Tamim bin Aus atau yang dikenal dengan panggilan Tamim al-Dari adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad berkebangsaan Palestina. Ia lahir di perkampungan Bait Ainun, masuk wilayah Jerussalem. Kata “al-Dari” yang disematkan di belakang namanya adalah nisbat kepada kakeknya, al-Dar bin Hani’.
Sebelum menjadi mu’allaf dan sahabat Nabi, Tamim al-Dari adalah seorang Nashrani sekaligus pendeta di Palestina yang memiliki pengetahuan luas mengenai mitos-mitos (baca:israiliyyat) dalam kitab Taurat dan Injil. Karena keluasan ilmu dan pengetahuannya, Umar memberi izin kepada Tamim al-Dari untuk mendongeng di dalam Masjid al-Aqsha.
Dikisahkan dalam Sahih Muslim bahwa Fathiman binti Qais menyampaikan cerita dari Rasulullah yang mengisahkan perjumpaan Tamim al-Dari dengan Masih al-Dajjal. Ia berkata, “Ketika masa iddahku selesai, aku mendengar mu’azzin Rasulullah menyeru ‘al-shalatu jami’ah.’ Aku segera pergi ke masjid untuk salat berjemaah bersama Rasulullah dan menempati shaf perempuan di belakang shaf laki-laki.
Usai mengerjakan salat, Rasulullah duduk di atas mimbar lalu beliau tertawa, dan bersabda, ‘Tetaplah setiap orang berada di tempat salatnya masing-masing!.’ Beliau bertanya, ‘Apa kalian tahu, kenapa aku mengumpulkan kalian?.’ Mereka menjawab, ‘Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu.’
Beliau berkata, ‘Demi Allah, aku mengumpulkan kalian bukan karena ada suatu keinginan atau karena ada ketakutan, melainkan karena Tamim al-Dari yang dulunya adalah penganut Nasharani, melakukan sumpah setia (bai’at) dan masuk Islam, bercerita tentang kejadian yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Masih al-Dajjal.
***
Tamim al-Dari bercerita bahwa dia pernah belayar bersama tiga puluh orang dari kabilah Lakhm dan Juzdam. Kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing oleh ombak selama sebulan penuh, sehingga mereka terdampar ke sebuah pulau di tengah lautan hingga matahari terbenam. Mereka duduk di dekat kapal (untuk beberapa saat), kemudian mereka masuk ke dalam pulau tersebut.
Di pulau, mereka bertemu dengan sosok binatang berbulu lebat dan banyak bulunya, sampai-sampai mereka tidak mampu membedakan antara kemaluan dan anusnya karena terlalu lebat bulunya. Mereka bertanya, ‘Celaka, siapa kamu?.’ Binatang berbulu lebat itu menjawab, ‘Aku adalah al-Jassasah.’ ‘Apa itu al-Jassasah?, tanya mereka kembali. Ia menjawab, ‘Wahai kaum, pergilah ke Biara, di sana ada seorang laki-laki yang merindukan kabar kalian.
Tamim al-Dari berkata, ‘Ketika al-Jassasah menyebut ada seorang laki-laki, kami deg-degan jangan-jangan dia adalah Setan. Segera kami pergi menuju ke Biara dan kami masuk ke dalamnya, ternyata di dalam Biara ada seorang laki-laki bertubuh besar yang pernah kami lihat, paling kuat, tangannya terantai di leher, dan antara lutut serta kakinya diborgol besi.
Kami pun bertanya, ‘Celaka, siapa kamu?.’ Ia menjawab, ‘Sungguh kalian telah mengetahui kabar tentangku, karena itu beritahu kepadaku siapa kalian ini!.’ Mereka menjawab, ‘Kami dari Arab. Suatu hari, kami naik kapal, tiba-tiba ombak besar menerjang kapal yang kami tumpangi, dan kami terombang-ambing selama sebulan (di laut), hingga akhirnya kami terdampar di pulau ini. Kami duduk-duduk di dekat kapal, lalu kami masuk ke dalam pulau ini.
Tiba-tiba, sosok binatang berbulu lebat dan banyak bulunya menemui kami. Kami tidak mampu membedakan antara kemaluan dan anusnya. Kemudian kami bertanya kepadanya, ‘Siapa Kamu?.’ Dia menjawab, ‘Aku adalah al-Jassasah.’ ‘Apa itu al-Jassasah?,’ tanya kami kembali. Ia menjawab, ‘Wahai kaum, pergi dan temuilah laki-laki yang ada di biara. Dia sangat merindukan kabar kalian. Sesegara kami menemuimu karena takut padanya. Kami deg-degan jangan-jangan kamu adalah setan.
Tamim al-Dari Berjumpa dengan Masih al-Dajjal di Laut Syam
Laki-laki bertubuh besar itu menanyakan beberapa hal kepada kami. Ia bertanya tentang buah pohon kurma di Baisan.’ Kami menjawab, ‘Ya, pohon kurma di Baisan sudah mulai berbuah.’ Ia berkata, ‘Ingatlah, pohon kurma tersebut hampir tidak akan berbuah lagi.’
Ia bertanya lagi tentang air danau Thabariyah!.’ Kami menjawab, ‘Ya, airnya sangat banyak.’ ‘Ketahuilah, bahwa air yang ada di danau itu akan segera mengering,’ kata dia. Dia bertanya lagi tentang mata air Zugar dan kebiasaan masyarakat yang mengairi tanaman mereka dengan air itu?.’ Kami menjawab, ‘Iya, airnya banyak dan mereka mengairi tanaman-tanaman mereka dengan air itu.’
Dia bertanya lagi tentang Nabi orang-orang ummi dan apa yang beliau lakukan sekarang. Kami menjawab, ‘Beliau sudah muncul di Mekkah dan berdomisili di Yasrib (Madinah).’ ‘Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?’, tanya dia lagi. Kami menjawab, ‘Ya, mereka memeranginya.’
Dia bertanya lagi tentang repon Nabi kepada mereka?.’ Kami memberitahunya bahwa beliau telah menguasai bangsa Arab dan sebagian besar dari mereka tunduk padanya. Dia bertanya lagi, ‘Apakah hal yang demikian itu sudah terjadi?.’ Kami menjawab, ‘Iya, hal itu sudah terjadi.’ Dia lantas berkata, ‘Sudah selayaknya mereka tunduk padanya dan itu yang terbaik untuk mereka.
***
Aku beritahu kalian, bahwa aku adalah al-Masih al-Dajjal. Sebentar lagi aku akan diberi izin untuk keluar (dari tempat ini). Ketika aku keluar nanti, aku akan berjalan melintasi bumi. Semua perkampungan akan aku lewati selama 40 hari/malam, kecuali Mekkah dan Thaibah (Madinah). Aku diharamkan untuk menjamah kedua kota itu. Sehingga setiap kali aku akan masuk ke dalamnya atau salah satunya, malaikat menghadangku sambil menghunuskan pedang dan setiap jalan di kedua kota tersebut ada malaikat yang menjaganya.’
Fathimah meneruskan ceritanya, “Rasulullah memukul-mukulkan tongkat pendek beliau ke mimbar seraya bersabda, ‘Inilah Thaibah, Inilah Thaibah, Inilah Thaibah – maksud beliau adalah Madinah. Ingatlah, apakah kalian sudah aku beritahu tentang ini?.’ Orang-orang menjawab, ‘Ya, sudah.’
Kisah Tamin al-Dari ini membuatku heran. Cerita yang dia sampaikan sama seperti yang pernah aku ceritakan pada kalian tentang Masih al-Dajjal, Madinah dan Mekkah. Ingatlah, Dajjal itu ada di Laut Syam atau Laut Yaman. Dia tidak berada dari arah Timur. dia tidak berada dari arah timur, dia tidak berada dari arah timur. Rasulullah bersabda seperti itu sambil berisyarah dengan tangan beliau ke arah Timur. Fathimah mengakhiri perkataannya, “Saya hafal cerita ini dari Rasulullah Saw.