Kapan Seseorang Menjadi Mujassim?
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Seseorang menjadi mujassim bukan karena berkata semisal, Allah di langit, Allah di atas Arasy, Allah menggulung langit di hari kiamat, kedua tangan Allah terbuka lebar dan sebagainya yang juga dinyatakan oleh al-Qur’an.
Sebagaimana juga seseorang tidak menjadi jahmiyah hanya karena berkata Allah bersama kita di mana pun kita berada, Allah dekat dengan kita, menghadap ke mana pun ada wajah Allah dan sebagainya yang juga dinyatakan oleh al-Qur’an.
eseorang menjadi mujassim apabila menganggap Allah punya badan fisik, tersusun dari organ-organ tubuh, punya ukuran panjang, lebar dan tinggi, punya bobot, punya sisi-sisi tubuh yang berbeda, menempati ruang fisik dan seterusnya.
Ini semua adalah perkataan atau akidah yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasulullah, tapi akidah bid’ah yang muncul dari tafsiran para mujassim.
Mau diberi embel-embel “seperti makhluk” atau “tidak seperti makhluk” adalah sama saja tetap mujassim bila meyakini hal-hal ini.
Pahami ini, maka clear semuanya. Tak ada lagi omong kosong semisal,
‘Kami dituduh mujassim karena bilang Allah di langit sesuai firman Allah أأمنتم من في السماء ”
Atau perkataan absurd seperti,
“Kami hanya meyakini ajaran Rasulullah sehingga kalau kami dianggap mujassim maka Rasulullah juga kalian anggap mujassim.”
Ayat dan hadisnya bener, tafsiran ala mujassim yang tidak benar. []