Ibunda Gus Yahya Yakini Terpilihnya Putranya adalah Ketetapan Allah
HIDAYATUNA.COM, Jakarta — Nyai Hj Muchsinah Cholil, ibunda KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menceritakan bagaimana ia selalu mendoakan putra-putrinya, supaya Allah SWT menempatkan mereka sesuai dengan apa yang Allah SWT kehendaki.
Nyai Muchsinah meyakini bahwa terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU dan anak-anak yang lain adalah ketetapan yang telah digariskan oleh Allah SWT.
“Allah-lah yang telah menempatkannya. Demikian pula Gus Yaqut sebagai Menag, Gus Laqouf sebagai Wakil Ketua DPRD dan Gus Hanies sebagai Wakil Bupati Rembang. Permintaannya: manfaat, maslahah dan berkah,” ucapnya dalam tayangan video kanal YouTube inspirasi kopisore, dikutip Rabu (12/1/2022).
Ibunda Gus Yahya selalu berdoa agar putra-putrinya dapat menjadi orang yang bermanfaat, maslahat, selalu berjuang untuk Nahdlatul Ulama. Doa penuh kepasrahan, hanya kepada Tuhan, segala harapan dan permintaan ditambatkan.
Sain itu, ia juga sedikit menceritakan bagaimana perjalanan Gus Yahya menimba ilmu di salah satu pondok pesantren di kota Yogyakarta, Pondok Pesantren Al-Munawir, Krapyak.
“Mas Yahya tidak “mbok-mboken” dan senang tirakat,” ucapm Ibunda Gus Yahya.
Nyai Muchsinah juga mengatakan, terkait orang yang berpengaruh dalam hidup Gus Yahya adalah sosok KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan ayahnya sendiri.
“Selain abahnya, Gus Dur adalah orang yang paling dikagumi sejak dulu,” pungkasnya.
Gus Yahya lahir di Rembang, 16 Februari 1966 silam, ia juga merupakan kakak dari Menteri Agama, KH. Yaqut Cholil Qoumas. Di kalangan santri, ia dikenal sebagai tokoh NU, ia menjabat sebagai Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ayahnya, KH. Muhammad Cholil Bisri adalah salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan ibunya bernama Muchisnah. KH Yahya Cholil Staquf juga merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Raudlatut Thalibin, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus.
Sejak kecil, dirinya sudah tidak asing dengan pesantren karena memang latar belakang kehidupannya di lingkungan agama. Ia juga sempat menjadi murid KH. Ali Maksum di Madrasah Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Gadjah Mada sebagai salah satu mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Selain itu dirinya juga pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah.