Haji Akbar, Antara Yang Menerima Dan Menolak
HIDAYATUNA.COM – Di kitab-kitab Fikih Hanafi dan Syafiiyah memang ada banyak penjelasan keutamaan wukuf di Arafah bertepatan dengan hari Jumat. Namun validitas Riwayat hadisnya dibantah oleh banyak para ulama ahli hadis, di antaranya Syekh Al-Mubarakfuri:
قَدْ اِشْتَهَرَ بَيْنَ الْعَوَّامِ أَنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ إِذَا وَافَقَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ كَانَ الْحَجُّ حَجًّا أَكْبَرَ وَلَا أَصْلَ لَهُ ، نَعَمْ رَوَى رَزِينٌ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ كَرِيزٍ أَرْسَلَهُ : أَفْضَلُ الْأَيَّامِ يَوْمُ عَرَفَةَ وَإِذَا وَافَقَ يَوْمَ جُمْعَةٍ فَهُوَ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِينَ حَجَّةً فِي غَيْرِ يَوْمِ جُمْعَةٍ . كَذَا فِي مَجْمَعِ الْفَوَائِدِ وَهُوَ حَدِيثٌ مُرْسَلٌ وَلَمْ أَقِفْ عَلَى إِسْنَادِهِ .
Sungguh telah populer di kalangan awam bahwa jika hari Arafah bertepatan dengan hari Jumat maka disebut Haji Akbar. Ini tidak ada dasarnya. Memang ada Riwayat Razin dari Thalhah bin Ubaidillah bin Kariz, ia menyampaikan secara mursa (disandarkan pada Nabi): “Hari yang paling utama adalah hari Arafah. Jika bertepatan dengan hari Jumat maka lebih utama disbanding 70 kali haji di selain hari Jumat”. Penjelasan ini terdapat dalam Majma’ Az-Fawaid sebagai hadis Mursal tapi saya tidak menemukan sanadnya (Tuhfah Al-Ahwadzi, 3/16)
Hadis ini diberi komentar oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar:
فَهُوَ حَدِيث لَا أَعْرِف حَاله لِأَنَّهُ لَمْ يَذْكُر صَحَابِيّه وَلَا مَنْ أَخْرَجَهُ
Hadis ini tidak saya ketahui keadaanya, sebab tidak disebutkan nama sahabatnya dan ulama yang meriwayatkannya (Fath Al-Bari, 13/6)
Namun Al-Hafidz Ibnu Hajar tetap memberi pembelaan kepada ulama Fikih dengan tinjauan menggabungkan beberapa hadis yang menunjukkan keutamaan hari Arafah dan hari Jumat:
وَاسْتَدَلَّ بِهَذَا الْحَدِيث عَلَى مَزِيَّة الْوُقُوف بِعَرَفَة يَوْم الْجُمُعَة عَلَى غَيْره مِنْ الْأَيَّام ، لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى إِنَّمَا يَخْتَار لِرَسُولِهِ الْأَفْضَل ، وَأَنَّ الْأَعْمَال تَشْرُف بِشَرَفِ الْأَزْمِنَة كَالْأَمْكِنَةِ ، وَيَوْم الْجُمُعَة أَفْضَل أَيَّام الْأُسْبُوع ، وَقَدْ ثَبَتَ فِي صَحِيح مُسْلِم عَنْ أَبِي هُرَيْرَة مَرْفُوعًا ” خَيْر يَوْم طَلَعَتْ فِيهِ الشَّمْس يَوْم الْجُمُعَة ” الْحَدِيث ، وَلِأَنَّ فِي يَوْم الْجُمُعَة السَّاعَة الْمُسْتَجَاب فِيهَا الدُّعَاء وَلَا سِيَّمَا عَلَى قَوْل مَنْ قَالَ إِنَّهَا بَعْد الْعَصْر
Al-Baihaqi menjadikan hadis ini (turunnya wahyu Al-Maidah 3 saat wukuf di hari Jumat) sebagai dalil keistimewaan wukuf di Arafah di hari Jumat dibanding hari yang lainnya. Sebab Allah memilih yang terbaik untuk Rasul-Nya. Dan sebuah amal menjadi mulia karena kemuliaan waktu dan tempat. Hari Jumat adalah hari yang paling utama dalam sepekan. Sudah disebutkan dalam Sahih Muslim dari Abu Hurairah secara Marfu’: “Hari terbaik saat matahari terbit adalah hari Jumat” dan dikarenakan saat hari Jumat ada waktu mustajab untuk berdoa khususnya pendapat ulama yang mengatakan bahwa waktu tersebut adalah setelah Asar (Fath Al-Bari, 13/6)
Di akhir kesimpulan Al-Hafidz Ibnu Hajar tetap mengatakan bahwa wukuf di hari Jumat memiliki keutamaan tapi bukan berdasarkan hadis yang tidak ada sanadnya.