Gontor : Oase Di Tengah Keringnya Kehidupan

 Gontor : Oase Di Tengah Keringnya Kehidupan

Pondok Pesantren: Lembaga Pendidikan Islam Non-formal yang Harus Terus Dirawat (Ilustrasi/Hidayatuna)

Pondok Modern Darussalam Gontor saat ini telah berumur hampir satu abad, tepatnya pondok yang memiliki slogan “Berdiri diatas dan untuk semua golongan” ini telah berumur 93 tahun pada 2019. Berdiri selama 93 tahun bukanlah waktu yang mudah di lalui PMD Gontor. Gontor memiliki sejarah luar biasa sebelum akhirnya PMDG resmi berdiri pada 20 September 1926.

PONDOK TEGALSARI

Cikal bakal Pondok Modern Darussalam Gontor bermula pada awal abad ke-18, saat Kyai Ageng Hasan Besari mendirikan Pondok Tegalsari di Desa Jetis, Ponorogo, Jawa Timur. Pondok Tegalsari mashur pada masanya, dan bertahan selama enam generasi. Sampai pada kepemimpina Kyai Hasan Khalifah, Pondok tegalsari mengalami kemunduran. Pada saat itu, ia mempunyai santri kesayangan bernama R.M. Sulaiman Djamaludin, seorang keturunan Keraton Kasepuhan Cirebon. Kyai Hasan Khalifah kemudian menikahkan putrinya dengan R.M. Sulaiman Djamaludin, dan diberi tugas untuk membangun pondok baru meneruskan Pondok Tegalsari, yang kemudian hari dikenal sebagai Pondok Gontor Lama.

Pondok Gontor Lama

Berbekal 40 santri yang dibawa Kyai R.M. Sulaiman Djamaludin dari Pondok Tegalsari, ia dan istrinya mendirikan Pondok Gontor Lama di sebuah tempat yang terletak ± 3 Km sebelah timur Tegalsari, pada saat itu Gontor masih merupakan hutan dan sering digunakan sebagai tempat persembunyian perampok, penjahat dan penyamun. Kepemimpinan Pondok Gontor Lama bertahan selama 3 generasi. Kyai Santoso Anom Besari menikah dengan Rr. Sudarmi, keturunan R.M Sosrodiningrat (Bupati Madiun). Kyai Santoso Anom wafat pada tahun 1918 di usia muda, beliau meninggalkan 7 anak yang maish kecil.

Sepeninggal Kyai Santoso, Nyai Santoso tidak pernah kehilangan harapan atas Gontor, ia berusaha kerasa mendidik putra-putrinya agar dapat meneruskan perjuangan nenek moyangnya, yaitu menghidupkan kembali Gontor. Ibu Nyai Santoso kemudian memasukkan ketiga putranya ke beberapa pesantren di Indonesia. Mereka adalah Ahmad Sahal (anak kelima), Zainuddin Fanani (anak keenam) dan Imam Zarkasyi (anak terakhir).

Kepemimpinan Gontor lama pun berakhir, hingga dikemudian hari 3 dari 7 puta-putri Kyai Anom Besari menghidupkan kembali pondok Gontor dengan memperbaharui sistem dan kurikulumnya. Mereka memperbaharui sistem pendidikan Gontor  dan mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor pada 20 September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345 H, dalam peringatan maulid Nabi.

Pondok Modern Darussalam Gontor

Berdirinya Gontor diawali dengan nama Tarbiyatul Athfal. Kehadiran TA telah membawa angin segar yang menggugah minat masyarakat. Jika pada awalnya Tarbiyatul Athfal hanya mengajarkan anak-anak untuk mandi dan menutup aurat, satu dasawarsa kemudian lembaga ini telah berhasil mencetak kader islam dan mubaligh di tingkat desa yang tersebar disekitar Gontor.

Pada 19 Desember 1936, didirikan Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah yang program pendidikannya diselenggarakan selama enam tahun. Pendirian KMI (Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah) dilaksanakan tepat dengan Perayaan 10 tahun Pondok Gontor. Dalam peringatan ini pula tercetus nama baru yaitu Pondok Gontor Darussalam Gontor, yang artinya kampung Damai.

KMI adalah sekolah Pendidikan guru Islam yang modelnya adalah perpaduan model sekolah Normal Islam di Padang Panjang, dimana Pak Zar menempuh pendidikan menengahnya dan model pondok pesantren. Pelajaran agama diajarkan dikelas-kelas, namun disaat yang sama mereka tinggal dalam asrama yang mana proses pendidikannya berlangsung selama 24 jam.

 Pada tahun pertama pembukaannya, respon masyarakat masih belum memuaskan bahkan tidak sedikit yang memberikan ejekan. Masih asingnya sistem pendidikan yang dijalankan Gontor membuat jumlah siswa merosot tajam, yang awalnya ratusan menjadi hanya 16 siswa. Keadaan ini tidak mematahkan semangat Pak Zar dan Pak Sahal. Dalam keadaan ini  Pak Zar berucap “biarpun tinggal satu saja dari 16 orang ini, program akan tetap kami jalankan sampai selesai, namun yang satu itulah yang akan menghasilkan 10…100 hingga 1000 orang”. Bahkan suatu saat Pak Zar pernah berucar :”Seandainya saya tidak berhasil mengajar dengan cara ini, saya akan mengajar dengan pena”. Pak Sahal tanpa ragu-ragu berdoa “Ya Allah, kalau sekiranya saya akan melihat bangkai pondok ini, panggilah saya terlebih dahulu kehadirat-Mu untuk mempertanggungjawabkan urusan ini.”

Allah rupanya mendengar doa dan tekad kakak beradik ini, pada tahun berikutnya berdatangan santri dari Kalimantan, Sumatra, dan daerah lainnya.

Pada 12 Oktober 1958, Trimurti (tiga pendiri) mewakafkan PMDG kepada umat islam. Sebuah pengorbanan kepemilikan pribadi demi kemaslahatan umat. Badan Wakaf merupakan lembaga tertinggi di Gontor yang beranggotakan 15 orang, yang mana bertanggungjawab atas terlaksananya pendidikan yang ada di balai Pendidikan PMDG. Anggota Badan Wakaf terdiri dari para Alumni Gontor yang dipilih setiap 5 tahun sekali.

Pimpinan

Pimpinan Pondok adalah mandataris pelaksana dari Badan Wakaf. Pimpinan Pondok adalah badan eksekutif yang dipilih oleh Badan Wakaf setiap 5 tahun sekali dan bertanggung jawab kepada Badan Wakaf. Disamping memimpin lembaga-lembaga yang ada id bawah naungan PMDG, Pimpinan Pondok juga bertugas untuk mengasuh para santri sesuai dengan sunnah balai Pendidikan PMDG. 

Dalam Sidang pertamanya pada tahun 1985, sepeninggal Trimurti, Badan Wakaf menetapkan tiga Pimpinan Pondok. Ketiganya adalah K.H. Shoiman Luqman Hakim, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, K.H Hasan Abdullah Sahal. Pada tahun 1999,  K.H. Shoiman Luqman Hakim wafat dan digantikan oleh K.H. Imam Badri sebagai penggantinya. Pada 2006 K.H. Imam Badri wafat dan digantikan oleh K.H. Syamsul Hadi Abdan.

Saat ini Pondok Modern Darussalam Gontor dipimpin oleh

  • Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi (memimpin sejak 1985)
  • K.H Hasan Abdullah Sahal (memimpin sejak 1985)
  • K.H. Syamsul Hadi Abdan (memimpin sejak 2006)

Sintesa Gontor

Dengan tekad menjadi sebuah lembaga pendidikan yang berkualitas, Pondok Modern Darussalam Gontor bercermin pada lembaga-lembaga pendidikan internasional terkemuka. Empat lembaga yang menjadi sintesa Pondok Gontor adalah :

  • Univerrsitas Al-Azhar Kairo, Mesir yang memiliki wakaf sangat luas sehingga mampu mengutus para ulama ke seluruh penjuru dunia, dan emmberikan beasiswa pada ribuan pelajardari berbagai belahan dunia, utnuk belajar di Universitas tersebut.
  • Alighar, yang terletak di India, memiliki perhatian besar terhadap perbaikan sistem pendidikan  dan pengajaran
  • Syanggit, Mauritania, yang dihiasi kedermawanan dan keikhlasan pengasuhnya.
  • Santiniketan, di India, dengan segenap kesederhanaan, ketenangan dan kedamaiannya. 

Pondok Cabang dan Pondok Alumni

Saat ini Gontor memiliki 13 pondok cabang putra, 7 pondok cabang putri yang tersebar dari pulau Sumatra hingga pulau Sulawesi, dan 380 pondok alumni yang tergabung dalam Forum Pondok Alumni (FPA)

Dengan kemandirian dan sistem pendidikan yang dijalankan dengan segenap Panca Jiwa, Panca jangka dan Motto Gontor membuat gontor tidak pernah tidur, kehidupan di Pondok Gontor selalu berputar dan berjalan semala 24 jam, dimana siswanya dididik dengan keikhlasan dan kesederhanaan hidup namun juga diberi keluasan ilmu dan wawasan.

Dari sejak berdirnya hingga saat ini, Gontor tidak pernah berubah. Sistem, peraturan, sintesa, kurikulum, pendidikan, diriringi dengan keharmonisan hidup dan Ozon keberkahan menjadikan gontor mampu tetap berdiri ditengah kerasnya kehidupan masyarakat.      

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *