Denanyar, Pesantren Pertama yang Menerima Santri Putri

 Denanyar, Pesantren Pertama yang Menerima Santri Putri

Memahami Ilzam (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Sebuah fakta menunjukkan bahwa ternyata keberadaan perempuan belajar di pondok pesantren baru dimulai sejak awal tahun 1930-an. Sebelumnya, perempuan belajar di pondok merupakan hal yang tabu.

Salah satu penggagas pertama perempuan boleh mondok ke pesantren adalah KH. Bisri Sansuri. Ia adalah salah seorang tokoh pendiri NU sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang.

Hal ini diungkapkan KH Husein Muhammad dalam bukunya berjudul “Perempuan, Islam, dan Negara” dengan mengutip makalah yang ditulis oleh inteltual muslim NU, Imam Aziz.

“Dalam sebuah makalahnya (Imam Aziz) memperkirakan bahwa kaum perempuan muslimah mulai belajar di pesantren, baru pada sekitar akhir tahun 1920 atau awal 1930-an,” ungkap Husein Muhammad.

Menurut Imam Aziz, tokoh yang mula-mula menaruh perhatian terhadap kaum perempuan dan menerima santri putri pertama kali di pesantren adalah KH Bisri Sansuri, salah seorang tokoh pendiri NU.

“Namun, diketahui bahwa upaya KH Bisri Sansuri tersebut harus dilakukan dengan sangat hati-hati,” jelasnya.

Masuknya seorang perempuan muda untuk belajar di pesantren pada zaman dulu masih dianggap tidak lazim, bahkan mungkin dipandang “melangkahi aturan agama.”

“Oleh karenanya, ia (Kiai Bisri) menerima santri putri di pesantrennya secara diam-diam,” tulis Husein.

Konon, ketika KH Hasyim ASy’ari, akan berkunjung ke Pesantren Denanyar, Kiai Bisri Sansuri buru-buru meminta kepada istrinya untuk menyembunyikan para santri putrinya supaya tidak diketahui oleh KH Hasyim Asy’ari. []

Romandhon MK

Peminat Sejarah Pengelola @podcasttanyasejarah

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *