Demi Pencerahan Umat, ‘Nuris Aswaja Center’ Diedarkan
HIDAYATUNA.COM, Jember – Dalam melestarikan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, laik diacungi jempol. Ponpes itu sudah diperkenalkan kepada Aswaja tidak hanya melalui sejumlah kitab kuning, tetapi juga pelajaran khusus tentang Aswaja (eksrtakurikuler).
Bersamaan dengan peringatan tahun baru Islam 1441 Hijriah, Nuris menerbitkan buletin ‘Nuris Aswaja Center’. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Gus Robith Qashidi, buletin tersebut dibuat untuk menjangkau masyarakat umum. Sebab pemahaman masyarakat terhadap Aswaja perlu dimantapkan agar tidak terpapar ajaran yang selama ini getol menyerang NU.
“Jadi, buletin ini sasarannya adalah masyarakat, santri juga boleh. Ini buletin yang berbau radikal cukup banyak beredar di masyarakat. Mereka dengan telaten menyebarkan buletin itu ke sejumlah masjid secara cuma-cuma,” katanya, di Jember, Kamis (5/9/2019).
Tidak hanya di masjid perkotaan, tetapi juga di pinggiran kota yang jadi sasaran sebar buletin beraliran keras itu. Oleh karena itu, kehadiran buletin “Nuris Aswaja Center” diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat terkait dengan Islam Aswaja versi NU.
“Kita menemukan (buletin) itu dengan mudah di masjid-masjid tertentu. Sementara isi buletin adalah murni pencerahan. Artinya hanya berisi penjelasan Aswaja, dan amalan-amalan Nahdliyin baik dari sisi fiqih maupun tauhid berdasarkan Al-Qur’an, hadits, ijma ulama, dan sebagainya. Selain dengan penjelasan yang gamblang dan disertasi dalil yang valid, itu otomatis menjawab tudingan mereka yang tidak-tidak tentang amalan Nahdliyin. Tidak harus menyerang balik, apalagi mencaci-maki. Itu tidak baik,” paparnya.
Masyarakat saat ini perlu dipantau, menurutnya, bahkan dibimbing agar tidak terkecoh dengan propaganda yang kelompok radikal yang dijejalkan. Sebab propaganda itu menggunakan kamuflase dengan mengidentifikasi diri sebagai pengikut imam dan ulama-ulama yang jadi panutan NU.
“Bahkan ada yang jelas-jelas menyebut dirinya sebagai Ahlussunnah wal Jamaah dan pengikut Imam Syafi’i. Itu yang harus kita seriusi betul masyarakat,” tandasnya.