Buya Syafii: Perbedaan Itu Tak Usah Dibunuh, Tetapi Dikelola

 Buya Syafii: Perbedaan Itu Tak Usah Dibunuh, Tetapi Dikelola

HIDAYATUNA.COM, Mataram – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI kembali menggelar dialog publik yang bertajuk bertajuk “Menyatukan Perbedaan, Membangun Negeri” edisi yang kelima dalam rangka memperkokoh kebersamaan masyarakat dan memperkuat pilar integrasi nasional yang bekerjasama dengan Suara Muhammadiyah (SM) di Hotel Grand Palace Lombok, Mataram, Minggu (13/10/2019).

Selain itu, Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah, Buya Ahmad Syafii Maarif dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kerja sama antara Suara Muhammadiyah dan Kemenkominfo sudah berjalan beberapa kali ini tujuannya adalah, pertama untuk memperkuat pilar integrasi nasional, perbedaan tak usah dibunuh tetapi dikelola agar rumah kebangsaan kita tetap utuh dan bersatu.

“Kondisi saat ini masih banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia masih dipengaruhi ideologi luar yang dapat merusak kebhinnekaan persaudaraan kita sebangsa. Maka, kerja sama SM dan Kemenkominfo yang sudah berjalan bagus akan memberikan sumbangan agar Indonesia kedepannya lebih baik,” ujar Buya Syafii.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara menyampaikan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan memiliki banyak keragaman.

“Namun, di era media sosial seperti saat ini cenderung membuat perbedaan dianggap sebagai sesuatu yang mengancam lewat hoax dan misinformasi. Ada ghibah yang jelas tidak memberi pahala, ada fitnah yang jelas memberikan dosa bagi kita, bahkan namimah mengadu domba sesama kita,” kata Rudiantara itu.

Dengan situasi seperti ini, Menkominfo mengapresiasi Muhammadiyah yang telah menerbitkan Fikih Informasi sebagai tuntunan bagi masyarakat dalam menggunakan, mencerna, dan memanfaatkan informasi dengan baik.

Di sisi lain, masih dalam kesempatan yang sama, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, Widodo Muktiyo mengungkapkan bahwa di Indonesia saat ini telah terjadi permasalahan yaitu krisis informasi dan komunikasi. Bukan karena kekurangan, melainkan terlalu banyak informasi yang beredar terutama di media sosial.

“Kalau sudah cekcok gini nggak selesai, energi berapa pun habis,” papar Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo tersebut.

Tidak hanya itu, Irfan Amalee, selaku Co-Founder Peace Generation mengajak bertindak lebih hati-hati agar semakin bijak dalam arus infomasi dengan meningkatkan nalar kritis (critical thinking).

“Kita jangan mengedepankan prasangka kepada orang lain karena belum tentu pandangan kita selalu benar,” tutur Irfan itu.

Sedangkan Direktur Nusatenggara Centre Suprapto Mukti Wibowo lebih menekankan tentang bagaimana merawat ruang publik di dunia nyata maupun dunia maya. Seperti yang ada di dunia nyata sudah menyediakan lebih banyak ruang perjumpaan dan merawat kewarasan di dunia maya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *