Benarkah Tarekat Bid’ah ?
Benarkah Tarekat bid’ah? Selama ini terdapat golongan yang membid’ahkan gerakan tarekan. Ini penjelasan yang harus dIketahui
HIDAYATUNA.COM – Akhir-akhir ini semakin sering kita melihat fenomena ustadz yang mudah mem-bid’ah kan, baik di youtube maupun dalam forum-forum pengajian lain. Salah satu hal yang sering dibahas adalah terkait tarekat yang dikatakan sebagai bid’ah karena tidak pernah diajarkan oleh Nabi SAW dan juga tidak pernah dijalankan oleh para sahabat. Lantas bagaimana menyikapi hal ini, benarkah tarekat merupakah hal yang dilarang dalam Islam ?
Kata “tarekat” diambil dari bahasa arab thariqah yang berarti jalan atau cara. Dalam ajaran tasawuf tarekat adalah jalan atau cara yang harus ditempuh seorang salik (pejalan) menuju Allah SWT, yakni dengan mensucikan diri sehingga dapat mendekat sedekat mungkin kepada Allah SWT. Setiap salik harus terlebih dahulu mengamalkan syariat. Bila tidak, tarekat yang dilakukannya pasti menyimpang dari ajaran agama.
Oleh karena itu, biasanya pengamal tarekat mempunyai pembimbing yang dalam istilah tasawuf disebut mursyid. Sang Mursyid pun harus memenuhi sekian banyak syarat agar dapat menyandang gelar dan menunaikan tugas tersebut.
Sementara pakar menyebut tidak kurang dari dua puluh syarat untuk menjadi seorang Mursyid, antara lain : kedalaman pengetahuan agama, pengetahuan tentang sifat-sifat hati dan kesempurnaanya, serta memiliki belas kasih terhadap kaum muslim khususnya kepada para muridnya.
Tarekat amat banyak ragamnya, tarekat yang memenuhi syarat dari segala seginya disebut Thariqah Mu’tabarah, dan tarekat seperti semacam ini dapat dibenarkan, sedangkan yang tidak memenuhi syarat apalagi yang tidak mengamalkan tuntunan syariat atau mempunyai keyakinan yang menyimpang dari akidah tentu saja tarekat tersebut dinilai sesat.
Penggunaan ayat-ayat al-Qur’an untuk mengasah jiwa dapat dibenarkan, namun harus diingat bahwa hal tersebut tidak boleh terlepas dari syariat. Memang tidak mustahil seseorang yang mengasah jiwanya sambil mendekatkan diri kepada Allah SWT sesuai dengan tutunan syariat dapat memperoleh hal-hal luar biasa. Dalam konteks ini, ada firman Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadist qudsi sebagai berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ [رواه البخاري
Artinya : Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT berfirman : “Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, Aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan (mendekatkan dirinya) dengan melakukan hal yang Aku wajibkan terhadapnya. HambaKu yang senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah (disamping mengerjakan yang wajib) sehingga Aku mencintainya dan jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang digunakan mendengar, (dan menjadilah aku) penglihatannya yang digunakan melihat, tangannya yang digunakan memukul, dan kakinya yang digunakan berjalan. Bila dia memohon pasti Kuterima (permohonannya), dan bila dia meminta perlindugan dari-Ku pasti Kulindungi dia.” (HR al-Bukhari). Wallahu ‘Alam
Sumber : M. Quraish Shihab Menjawab “1001 Soal Keislaman yang patut anda ketahui”