Aisyah Humaira Kekasih Rasulullah
Di hati Rasulullah kedudukan Aisyah Humaira sangat istimewa. Dalam hadist diriwayatkan oleh Anas bin Malik disebutkan.
HIDAYATUNA.COM – Sayyidah Aisyah Radhiyallahu Anha dilahirkan empat tahun sesudah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Semasa kecil ia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah SAW usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya.
Dengan izin Allah SWT, Rasulullah SAW menikahi Aisyah dengan mahar 500 dirham. Aisyah tinggal di kamar yang bersampingan dengan Masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu.
Dihati Rasulullah SAW kedudukan Aisyah sangat istimewa melebihi istri-istri beliau yang lain. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik disebutkan “Cinta pertama yang terjadi didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah.” Rasululllah SAW pun sering memanggil Aisyah dengan berbagai sebutan salah satunya adalah Al-Humaira (yang berkulit putih kemerah-merahan).
Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar mereka tetap menghargai kedudukan Asiyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat Ummu Salamah (salah satu istri Rasululllah) berkata : “Demi Allah SWT, dia adalah manusia yang paling beliau cintai selain ayahnya (Abu Bakar).”
Diantara istri-istri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum’ah sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya.
Baca Juga: Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Salah satunya Aisyah selalu mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW. Menjelang wafat Rasulullah SAW meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat di rumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini Aisyah berkata “Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah SAW wafat dipangkuanku.”
Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit di kamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar, karena ia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah SAW pun dimakamkan di kamar Aisyah, tepat ditempat beliau wafat. Hingga dalam tidurnya Aisyah melihat tiga rembulan jatuh di kamarnya.
Ketika memberitahukan hal ini kepada Abu Bakar ayahnya, Abu Bakar berkata “Jika yang kamu lihat itu benar maka di rumahmu akan dimakamkan tiga orang yang paling mulia dimuka bumi.” ternyata Abu Bakar dan Umar bin Khattab lah yang kemudian dimakamkan di rumah Aisyah.
Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu. Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW jika menemukan sesuatu yang belum ia pahami terkait suatu ayat.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Aisyah memperoleh ilmu langsung dari Rasulullah SAW. Karenanya Aisyah termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadist-hadist Nabi SAW sehingga para ahli hadist menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghafal hadist setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.
Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan dan pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah SAW. Aisyah senantiasa melaksanakan shalat malam, selain itu Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham pun. Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat dalam usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan 58 Hijriyah dan dimakamkan di pemakaman Baqi di Madinah. Wallahu ‘Alam
Sumber : 101 Sahabat Nabi