Ulama dan Santri yang Turut Berjuang di 10 November
HIDAYATUNA.COM – Dalam sejarah perjuangan RI, banyak ulama dan santri yang turut berjuang bahkan gugur dalam membela kemerdekaan. Salah satunya dalam gerakan 10 November 1945 di Surabaya yang kini diperingati sebagai hari Pahlawan.
Ulama-ulama tersebut tergabung dalam Laskar Hizbullah. Laskar Hizbullah berdiri ketika Kiai Haji Wahid Hasyim. Organisasi ini sudah ada dari zaman Jepang. Sejak Februari 1945, selama tiga bulan para pemuda berlatarbelakang Islam itu dilatih Yanagawa dengan bantuan 12 shodancho PETA.
Ratusan pemudaIslam yang dilatih itu kemudian membangun kekuatan di daerah masing-masing dan berkembang menjadi 50 ribu anggota. Kebanyakan di Jawa. Tak terkecuali di Surabaya.
Kiai Haji Wahid Hasyim menjadi ketua dari satu-satunya organisasi Islam yang direstui pemerintah pendudukan Jepang, Majelis Sjuro Muslimin Indonesia (Masjumi).
Menurut catatan Greg Fealy dalam Ijtihad Politik Ulama; Sejarah NU 1952-1967, pemimpin Hizbullah terkenal di masa Revolusi adalah Pahlawan Nasional Zainul Arifin (1909-1963). Zainul Arifin adalah salah satu tokoh Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama.
Di awal-awal Revolusi, ketika tentara Sekutu mulai menduduki wilayah Republik, NU mengeluarkan keputusan penting untuk melawan pendudukan tersebut. Keputusan bertitimangsa 22 Oktober 1945 itu lazim dikenal dengan nama Resolusi Jihad.
Dalam hal ini, para pemuda NU, yang di antaranya dilatih dalam Hizbullah, berdiri dan siap mati di belakang Republik Indonesia. Resolusi itu kemudian memicu perlawanan pemuda-pemuda Surabaya dan sekitarnya untuk mengusir tentara Sekutu yang berpuncak pada Pertempuran 10 November 1945.
Kaum santri Jawa Timur ini bukan satu-satunya kekuatan pro-Republik di sekitar Pertempuran 10 November 1945. Masih ada kelompok-kelompok lain yang berperan dan terlibat di dalamnya.