Ucapan Mana yang Harus Kita Percaya dari Taymiyun?

 Ucapan Mana yang Harus Kita Percaya dari Taymiyun?

Baldatun Thayyibatun: Negeri Aman, Nyaman dan Sejahtera Tanpa Khilafah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Menurut Anda, ucapan mana dari Syaikh Ibnu Taymiyah dan para Taymiyun (para pengikutnya alias pendaku salafi) yang layak kita percaya? Ucapan versi pertama mereka yang secara resmi diulang-ulang adalah:

“Kami tidak menetapkan sifat kejisiman atau menafikannya dari Allah sebab Alquran dan Hadis tidak menetapkan atau menafikannya.”

Ucapan versi kedua mereka yang juga diulang-ulang sebagai kritik pada Ahlussunnah Wal Jamaah Asya’irah di antaranya adalah:

– “Kalau Allah dibilang bukan jisim, tidak bertempat, tidak di dalam atau di luar alam, maka artinya Allah tidak ada dong?”

– “Memangnya di atas Arasy kosong tidak ada apa-apa?”

– “Allah di atas Arasy, punya arah, punya batasan, punya wajah, tangan, kaki, dan lain-lain dan juga punya berat badan. Kalau menafikan ini artinya menta’thil dan Jahmiyah.”

***

Versi pertama mengaku tidak menetapkan jisim, tapi versi kedua jelas menetapkan wujud fisikal yang menempati ruang tertentu. Punya ukuran dan volume tertentu yang diistilahkan ulama Ahlussunnah sebagai menetapkan sifat-sifat jisim.

Versi mana yang harus kita percaya? Saya lebih percaya versi kedua sebab itu adalah respons yang muncul dari alam bawah sadar. Versi pertama adalah versi pernyataan resmi yang dibuat “lebih indah” untuk menarik simpati namun versi kedua adalah versi jujur.

Pernyataan seperti itu sama seperti ucapan pejabat yang secara resmi bilang, “Kami memperjuangkan kepentingan rakyat”. Lalu di rapat terbatas di kalangan mereka sendiri bilang, “Loh, kalau kebijakannya begitu lantas saya dapat apa? Partai saya dapat apa?”

Tentu ucapan kedua yang mementingkan diri dan kelompoknya yang lebih jujur. Sama juga dengan seorang istri yang secara resmi bilang, “Saya mencintai suami saya dan percaya padanya sepenuh hati.”

Akan tetapi setiap suaminya telat sedikit selalu diinterogasi ditanya dari mana, bertemu siapa, melakukan apa. Juga membahas apa saja kemudian masih kroscek ke teman-teman suaminya apakah itu benar.

Tentu artinya si istri tidak percaya pada suaminya sehingga responnya demikian.

Abdul Wahab Ahmad

Ketua Prodi Hukum Pidana Islam UIN KHAS Penulis Buku dan Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Pengurus Wilayah LBM Jawa Timur.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *