Ternyata 4 Imam Mazhab Penganut Thariqah Sufi
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Fakta baru menunjukkan, ternyata empat Imam Mazhab adalah penganut thariqah sufi. Hal itu diungkapkan oleh KH M Luqman Hakim, pengajar Ilmu Tasawuf Mudir Ma’had Aly Raudhatul Muhibbin.
Menurut dia, selama ini banyak yang tidak tahu bahwa empat Imam mazhab pernah menganut thariqah. Keempat imam mazhab itu yakni Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i dan Imam Maliki semasa hidupnya.
Bahkan lanjut dia, sosok Imam Hanafi sendiri disebutnya pernah menjadi seorang mursyid thariqah.
Dalam penjelasan tautan di link situs tersebut, Luqman menyebutkan bahwa Imam Abu Hanifah ra ternyata juga seorang mursyid thariqah sufi. Imam Abu Hanifah ra adalah seorang imam mazhab dari empat mazhab terkenal.
“Diriwayatkan oleh seorang Faqih Hanafi al-Hashkafi. Menegaskan, bahwa Abu Ali ad-Daqqaq ra, berkata: ‘Aku mengambil Thariqah sufi ini dari Abul Qasim an-Nashr Abadzy. Dan Abul Qasim mengambil dari Asy-Syibly, dan Asy-Syibly mengambil dari Sary as-Saqathy. Beliau mengambil dari Ma’ruf al-Karkhy. Dan beliau mengambil dari Dawud ath-Tha’y, dan Dawud mengambil dari Abu Hanifah ra,” ungkap
Ia menambahkan, Abu Hanifah yang dikenal sebagai fuqoha ulung, ternyata tetap memadukan antara syariah dan haqiqah. Dan Abu Hanifah terkenal zuhud, wara’ dan ahlu dzikir yang begitu dalam. Ahli kasyf, dan sangat dekat dengan Allah Ta’ala, berkah tasawuf yang diamalkannnya.
“Jika ada pertanyaan, kenapa para Mujtahidin itu tidak menulis kitab khusus mengenai tasawuf, jika mereka mengikuti aliran sufi?” sambung Luqman.
Ia menjelaskan, Imam Asy-Sya’rany, Mujathid dan Ulama besar mengatakan para Mujtahidun itu tidak menulis kitab khusus. Mengenai tasawuf karena penyakit-penyakit jiwa kaum muslimin di zamannya masih sedikit.
“Mereka lebih banyak selamat dari riya’ dan kemunafikan. Mereka yang tidak selamat jumlahnya kecil. Hampir-hampir cacat mereka tidak tampak di masa itu,” jelasnya.
Mayoritas Mujtahidin di masa itu lebih konsentrasi pada bidang ilmu dan mensistematisir pemahaman pengetahuan yang tersebar di kota dan desa. Dengan para Tabi’in dan Tabiit Tabi’in, yang merupakan sumber materi pengetahuan. (Hidayatuna/MK)