Ternyata Imam Syafi’i Kritik Habis-habisan Kelompok Tasawuf

 Ternyata Imam Syafi’i Kritik Habis-habisan Kelompok Tasawuf

Imam Syafi’i Kritik Habis-Habisan Kelompok Tasawuf


HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i, Imam Syafi’i melihat kelompok tasawuf itu berbeda. Semasa hidup ia mengkritik habis-habisan tidak hanya kelompok fikih, melainkan juga kelompok tasawuf. Saat mengomentari orang tasawuf, komentar Imam Syafi’i sangat negatif.

Hal ini disampaikan ulama muda alim asal Rambang, Gus Baha dalam sebuah ngaji kitab Nashaihul Ibad Makalah 18 (Bab-II). Mengutip Imam Syafi’i, Gus Baha menjelaskan, “Semua orang tasawuf memang bodoh, menurut Imam Syafi’i,” ujarnya dalam unggahan video akun Youtube Santri Gayeng dikutip Hidayatuna.com, Kamis (13/8/2020).

Wahadha jahulun kaifa dhul jahli yanshafu, ‘Orang tasawuf itu bodohnya bukan main, sehingga tidak berhak fatwa’,” kata Gus Baha menirukan Imam Syafi’i.

Ia menegaskan bahwa Imam Syafi’i paling tidak suka terhadap orang tasawuf. “Makanya, Imam Syafi’i agak berbeda dengan orang tasawuf,” jelasnya.

Kritik pedas Imam Syafi’i terhadap kelompok tasawuf ini bahkan menyebut mereka orang yang dungu. “Bahkan beliau (Imam Syafi’i) mengatakan, dengan otakmu masih waras, pagi pagi kamu bertasawuf, sebelum siang hari, kamu akan menjadi orang dungu.”

Gus Baha kemudian menjelaskan, “Cobalah kamu bertasawuf setengah hari saja, yang semula otakmu beres, setengah hari kemudian pasti jadi dungu,” jelasnya.

“Tapi kamu jangan kemudian tidak ingin bertasawuf. Itu hanya ejekan Imam Syafi’i. Karena beliau itu memang alim (mengerti) Fikih dan juga tasawuf. Sehingga berani mengejek keduanya (fikih dan tasawuf).”

“Jadi, kalau Imam Syafi’i mengejek keduanya, biarkan. Toh beliau orang alim. Kalian jangan ikut-ikutan mengejek. Kalian kan bukan orang alim. Masa mau mengorbankan orang lain,” tegas Gus Baha mengingatkan.

Terkait kritik Imam Syafi’i terhadap kelompok tasawuf, Gus Baha menjelaskan contoh yang digunakan Imam Syafi’i.

“Jika kamu menikah dengan niat menghindari zina dan memperbanyak umat kanjeng Nabi, maka pernikahanmu (menurut kelompok tasawuf) itu sunah. Tapi jika hanya untuk melampiaskan syahwat dan ingin tahu rasanya perempuan, maka status pernikahanmu itu buruk.”

“Sekarang saya mau tanya, sesuatu yang buruk itu harus ditinggalkan (dijauhi) atau disuruh dilakukan (didekati)?” tanya Gus Baha.

“Dijauhi kan!” timpal Gus Baha. Jadi lanjut dia, itu ada sekian banyak aspek.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *