Syaikh Nawawi Majene, Doktor Zakat Pertama Nusantara yang Terlupakan

 Syaikh Nawawi Majene, Doktor Zakat Pertama Nusantara yang Terlupakan

Syaikh Nawawi Majene, Doktor Zakat Pertama Nusantara yang Terlupakan


HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Pakar filologi Islam, Ahmad Ginanjar Sya’ban mengungkapkan peran besar salah satu ulama besar Nusantara namun terlupakan yakni Syaikh Dr. Nawawi Yahya Abdul Razak Majene atau Syaikh Nawawi Majene. Menurut Ginjar, sosok Syaikh Nawawi Majene merupakan doktor zakat pertama asal Nusantara jebolan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.

“Beliau menyusun disertasi fikih zakat setebal kurang lebih 6000 halaman, dalam 8 jilid, dan berhasil mempertahankannya sebagai risalah doktoral di Universitas Al-Azhar pada tahun 1980,” ungkap Ginanjar Sya’ban dalam postingan yang dibagikan di akun Facebooknya, sebagaimana dikutip Hidayatuna.com, Senin (3/8/2020).

Karya tersebut, lanjut Ginanr dapat dikatakan menandingi kitab “Fiqh al-Zakat” yang disusun oleh ulama Mesir sebelumnya, yaitu Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawi.

“Syaikh Nawawi Majene berasal dari Kampung Monjopai (Majapahit), yang berdekatan dengan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Saat ini Kampung Monjopai ikut wilayah administratif Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar,” jelasnya.

Ginanjar menjelaskan, wilayah Campalagian tercatat banyak melahirkan ulama besar, seperti Sayyid Alwi Jamalullail yang berasal dari Lasem, Jawa Tengah, lalu berhijrah dan menetap di Campalagian hingga akhir hayatnya pada awal abad 20 M.

Juga putranya, Sayyid Hasan Jamalullail, termasuk Sayyid Hasan Mahdali, Syaikh Arsyad Maddapungang, Syaikh Muhammad Zain Qadhi Campalagian, Syaikh Muhammad Thahir (Imam Lapeo), KH. Yahya Abdul Razak (ayah Syaikh Nawawi Majene), dan lain-lain.

“Diriwayatkan bahwa Syaikh Nawawi Majene pernah belajar dan bermujawarah di Makkah selama beberapa tahun, lalu melanjutkan pengembaraan intelektualnya di Kairo, dengan belajar di Kuliyyah Syari’ah Universitas Al-Azhar hingga khatam jenjang tertinggi: doktoral. Syaikh Nawawi Majene juga beristrikan orang Mesir,” ujar Ginanjar.

Sayangnya, lanjut dia, Syaikh Dr. Nawawi Majene meninggal dunia tak lama setelah kepulangannya ke Kampung Monjopai pada tahun 1984. Beliau dimakamkan di dekat pusara ayahnya, KH. Yahya Abdul Razak, di komplek Masjid Manjopai.

“Karya agung Syaikh Nawawi Majene sempat terlupakan selama sekian generasi lamanya, hingga pada tahun 2010-an, Dr. Muhammad Zain (saat ini Kepala Pusat LKKMO Kementrian Agama RI), berinisiatif untuk mencari dan menemukan kembali karya tersebut, dengan dibantu oleh Dr. Wajidi (IAIN Pontianak) dan Dr. Muchlish M. Hanafi (saat ini Kepala Lajnah Pentashih Al-Qur’an Kemenag RI),” tandasnya.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *