Strategi Perang Sultan Agung Melawan Belanda
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Sultan Agung Hanyokrokusumo merupakan raja dari kerajaan Mataram Islam (sekarang Jawa Tengah) pada abad ke-17.
Dalam kepemimpinannya Sultan Agung Hanyokrokusumo melakukan gerakan besar yakni perang melawan penjajah Belanda.
Dalam menghadapi Belanda Sultan Agung menerapkan sejumlah strategi perang, di antaranya adalah membentuk pertahanan yang kuat.
Di mana Sultan Agung membangun benteng dan menempatkan pasukan yang cukup besar di wilayah yang dipertahankannya.
Ia juga menggunaan taktik gerilya saat melawan Belanda. Disebutkan bahwa Sultan Agung dan pasukannya sering menggunakan taktik gerilya, yaitu menyerang Belanda dari kejauhan dan dengan cepat melarikan diri.
Salah satu strategi perang lainnya adalah membentuk aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain.
Saat melawan Belanda, Sultan Agung berusaha mengumpulkan dukungan dari kerajaan lain yang tidak senang dengan kekuasaan Belanda di wilayah mereka.
Selain itu jalan diplomasi juga dilakukan oleh Sultan Agung. Ia berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan Belanda dengan cara negosiasi dan diplomasi.
Walaupun Sultan Agung berhasil mempertahankan wilayahnya dari serangan Belanda selama beberapa tahun, namun akhirnya Belanda berhasil menaklukkan Mataram pada tahun 1629 setelah dua perang yang sangat keras.
Sebagai sultan yang menguasai wilayah luas, Sultan Agung meninggalkan beberapa peninggalan sejarah meliputi Pura Agung Giribangun.
Pura ini terletak di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonosobo.
Pura Agung Giribangun dibangun pada tahun 1631-1640 dan merupakan salah satu pura tertua di Jawa Tengah.
Selain itu ada pula Pura Mangkunegaran. Pura ini didirikan oleh Sultan Agung pada tahun 1678 di Surakarta.
Pura menjadi contoh arsitektur Jawa yang indah dan masih digunakan sebagai tempat upacara adat hingga sekarang. []