STOP! Pembenaran KDRT Masih Banyak Terjadi di Sekitar
HIDAYATUNA.COM – Viralnya potongan ceramah mengenai KDRT yang disampaikan oleh seorang Daiyah terkenal, Ustazah Oki Setiana Dewi sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Kita masih kerap mendengar ceramah yang serupa itu sebenarnya sehingga apa yang beliau sampaikan dan viral lalu ditanggapi di mana-mana, bisa dianggap hanya sebuah ‘keapesan’ belaka.
Justru jika memang kita tidak sepakat dengan apa yang disampaikan Ustazah Oki, maka kita juga harus berani menghentikan, menginterupsi, atau mengkounter penyampaian ceramah yang serupa itu ketika nyata-nyata ada di depan kita. Tentu dengan cara yang sesuai dengan adab. Bukan dengan cara kasar ataupun brutal.
Jika memang kita tidak sepakat dengan yang disampaikan oleh Ustazah Oki, maka dikembalikan lagi pada para pelaku Rumah Tangga. Apakah benar dalam rumah tangga yang telah dibina sudah berhasil menyelamatkan jalinan suami istri dari KDRT?
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) itu tidak melulu kekerasan fisik saja seperti yang diilustrasikan beliau bermata sembab dan lebam itu. Mayoritas korban KDRT adalah perempuan.
4 Perkara dalam KDRT
Kekerasan Dalam Rumah Tangga itu juga meliputi empat perkara yang harus dipahami bersama.
Pertama, Kekerasan Emosional seperti menghina atau merendahkan pasangan di depan publik, melakukan pembenaran atas perilaku kasarnya, dan ketakutan kepada pasangan.
Kedua, Intimidasi seperti mengancam akan membunuh atau menyakiti, mengontrol semua hal dalam hidup, menghancurkan atau membuang barang pribadi.
Ketiga, Kekerasan Fisik seperti menampar, meninju, mencekik, hingga melukai dan membakar anggota badan.
Keempat, Kekerasan Seksual seperti memaksa melakukan hubungan seksual dengan cara tidak lazim, memaksa hubungan seksual saat istri dalam kondisi haid atau nifas, memaksa istri melakukan hubungan seksual dengan orang lain.
Keempat hal ini harus selalu diingatkan dan dipahami bersama bukan sekedar dalam rangka ramai-ramai “mengeroyok” Ustazah Oki semata. Akan tetapi juga dalam praktik berumah tangga sehari-hari.
Stop Perilaku KDRT!
Mengapa penulis tidak ikut “mengeroyok” beliau? Jawabannya simpel saja, tidak mau terjebak “Cerita Nyata” yang patut diduga kuat fiktif tersebut.
Dari awal beliau menyatakan dengan tegas bahwa itu cerita nyata di Jeddah sana. Kemudian istri korban KDRT menyembunyikan itu dari orangtuanya.
Kemudian sang suami terenyuh dengan kejadian lalu menyadari salahnya. Di akhir cerita beliau menyampaikan bahwa hal itu aib, jadi jangan disebarluaskan.
Pertanyaannya, bagaimana bisa cerita yang ditutupi oleh korbannya, disembunyikan dari orangtuanya, dan disesali oleh suaminya bisa menyebar sampai ke beliau?
Aneh, bukan? Jadi kembali lagi ke masalah awal. Mari kita internalisasikan pada diri kita masing-masing. Jangan sampai menjadi pelaku maupun korban KDRT atas nama apa pun.
Mbah Wali Gus Dur pernah dhawuh, ” Kalau kita percaya Islam ramah kepada perempuan, maka semua ulasan yang menyudutkan perempuan pasti salah sekalipun memakai dalil-dalil. Bukan dalilnya yang salah tetapi cara mengambil dan menerapakannyalah yang salah. “