Sejarah Salafi di Indonesia (4): Silang Pendapat Ja’far Umar Thalib
HIDAYATUNA.COM – Dalam sejarah salafi di Indonesia, tidak terlepas dari silang pendapat yang cukup tajam. Silang pendapat itu terjadi antara Ja’far Umar Thalib dengan Yazid Jawaaz sebelum berangkat jihad. Perbedaan pendapat itu mengenai keputusan apakah perlu pergi untuk berjihad ke Ambon.
Yazid Jawaaz berpendapat bahwa tak perlu berangkat ke Ambon karena masih ada pemerintah yang bertanggung jawab. Namun, Ja’far dan Assewed berpendapat lain bahwa telah terjadi kezaliman terhadap umat Islam di Ambon sehingga memerlukan bantuan.
Silang pendapat ini berujung pada saling tuding, bahwa Ja’far menganggap Yazid enggan untuk berangkat Jihad. Sementara Yazid menuduh Ja’far hanya mencari popularitas saja.
Perbedaan Pendapat dengan Ikhwanul Muslimin
Tidak hanya itu, perbedaan pendapat juga terjadi mengenai pemikiran para tokoh Ikhwanul Muslimin. Antara Yazid Jawwas dengan kelompoknya yang lain, menyebabkan Yazid tidak lagi dianggap Salafi.
Dalam pandangan Yazid, tidak semua pendapat atau tindakan para tokoh Ikhwan bisa dikategorikan sebagai ahlul bid’ah. Sebab mereka adalah para pejuang Islam, yang rela berkorban demi Izzul Islam wal Muslimin.
Namun lain halnya dengan pandangan para syaikh Salafi terutama yang berada di Timur Tengah. Di mana mereka menganggap para tokoh Ikhwanul Muslimun adalah orang-orang hizbiyyah dan itu termasuk dalam dosa besar.
Salafi Terpecah
Setelah terjadi konflik yang berterusan antara Ja’far dengan yang lain. Gerakan salafi terpecah menjadi semakin jelas antara yang politik dan non politik. Salafi Sururiah Bagi kalangan Salafi yang mentolerir adanya kehidupan berpolitik lebih sering disebut kelompok sururiyah.
Di Indonesia sendiri, banyak sekali kalangan salafi yang mendapat gelar sururiyah atau yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kalangan salafi puritan. Mereka adalah Yusuf Baisa, Abu Nida Chomsaha Sofwan dkk, Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda, MA, Arif Syarifuddin, Lc.
Kemudian Abu Ihsan Al Maidani Al Atsary, Afifi Abdul Wadud, Abul Hasan Abdullah bin Taslim, Lc, Abu Abdil Muhsin Firanda, Asmuji (Imam Syafi’i, Cilacap). Umar Budiargo, Lc, Khudlori, Lc, Aris Munandar, SS, Ridwan Hamidi, Lc. Lalu Muhammad Yusuf Harun, MA, dan Farid Ahmad Okbah dari PP Al Irsyad.