Sejarah Gerakan Salafi (2) : Konflik Ja’far Selepas Jihad Ambon

 Sejarah Gerakan Salafi (2) : Konflik Ja’far Selepas Jihad Ambon

Baldatun Thayyibatun: Negeri Aman, Nyaman dan Sejahtera Tanpa Khilafah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Selepas Jihad di Ambon, sejarah menyebut bahwa mulai banyak kritik dari kalangan salafi lainnya, bahwa laskar jihad sudah menjadi gerakan hizbiyah. Di mana hal ini sangat bertentangan dengan manhaj salafi.

Selain itu, sejarah juga menyebut bahwa Ja’far juga membubarkan Laskar Jihad ahlu sunnah wal Jamaah. Sebab ia khawatir laskar Jihad akan digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Selebihnya untuk mewadahi alumni laskar jihad, maka menurut sejarah, dibentuklah Forum Komunikasi Ahl Sunnah Wal Jama’ah (FKASWJ). Lembaga ini tak lebih dari sekadar lembaga paguyuban, tempat berkumpul dan bersilaturahmi

Meski demikian, FKASWJ menjadi identitas kelompok tersendiri dikalangan salafi. Mereka yang tergabung dengan FKASWJ – khususnya sebelum Ja’far Umar Thalib dinyatakan keluar dari salafi – umumnya beraliran salafi puritan dan berkiblat ke Salafi Arab Saudi.

Perkembangan salafi di Indonesia ternyata rawan konflik. Sumber konflik pertama adalah bias konflik di level internasional.

Di Indonesia, hal ini termanifestasikan dalam tindakan saling kecam antara mereka yang tergabung dalam salafi puritan dan mereka yang terkait dengan jaringan Sururiah. Sedang konflik kedua adalah ketegangan guru-murid karena ulah sang murid yang dianggap melenceng oleh sang guru.

Tipe konflik kedua inilah yang dialami oleh afar Umar Thalib. Sedang konflik ketiga adalah konflik sesama ulama salafi.

Konflik Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa

Ada dua sejarah konflik besar yang terjadi dikalangan Salafi, pertama konflik antara Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa. Konflik ini berimplikasi pada jaringan mereka yang terpecah-pecah. Muara dari pertikaian adalah munculnya dua  group besar mengikuti pembelahan di level internasional: sururi dan puritan.

Konflik pertama, antara Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa sampai pada tahap mubahalah. Yusuf Baisa seperti juga Ja’far Umar Thalib merupakan alumni pesantren PERSIS Bangil. Keduanya melanjutkan studi ke LIPIA. Namun, Yusuf Baisa meneruskan ke Riyadh sedangkan Jafar meneruskan ke Yaman.

Sekembali dari Yaman, ia mendengar khabar bahwa Yusuf Baisa mengkampanyekan pandangan yang berbeda dengan salafi. Yusuf Baisa mengatakan agar dakwah menjadi efektif, maka harus mempunyai kemampuan berorganisasi seperti kalangan Ikhwan al Muslimun, bijaksana seperti Jemaah Tabligh, dan mempunyai ilmu pengetahuan seperti Salafi, dalam hal saling memahami masalah aqidah.

Sebagian pendengar menyampaikan pernyataan ini pada Ja’far. Mendengar berita ini, ia pun sangat marah sekali pada Yusuf karena menganggap gerakan Salafi seperti gerakan Ikhwan yang terorganisir. Abu Nida coba mendamaikan keduanya, berlaku sebagai mediator.

Yusuf dan Ja’far bertemu dan untuk memberikan klarifikasi. Peristiwa sejarah ini terjadi di rumah Ja’far dan dipimpin oleh Abu Nida’ dan dihadiri oleh tiga pemimpin Salafi lainnya. Yusuf mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan membicarakan manfaat hizbiyah seperti Ikhwan al Muslimun.

Salafi Kembali Bersatu

Pendeknya pertemuan itu menghasilkan kesepakatan bahwa Yusuf Baisa akan kembali ke riil salafi. Yusuf juga setuju untuk mengumumkan kepada para aktifis Salafi bahwa dia telah kembali ke jalan yang benar. Dengan demikian dia meyakinkan bahwa Salafi harus tetap bersatu.

Yusuf juga membuat pertemuan pada bulan Juni 1994 di masjid Utsman bin Affan dekat rumah Ja’far, untuk menyelesaikan persoalan mereka. Namun Yusuf beberapa bulan kemudian menyatakan hal sama kembali.

Pada sebuah ceramah tentang konsep keadilan, Yusuf merekomendasikan tulisan beberapa kalangan Salafi di mana Ja’far menyebut mereka sebagai Sururiyah. Perkembangan pertengkaran antara keduanya semakin memburuk.

Yusuf mengadakan diskusi mengkritik buku Ja’far. Ja’far menuduh Yusuf melakukan fitnah karena itu ia menulis “gerakan Sururi memecah belah Ummat”. Yusuf merespon pandangan tersebut dengan mengajak mubahalah.

Setelah diadakan Mubahalah perpecahan semakin tak bisa dihindari. Ja’far meminta semua kalangan salafi untuk ikut bersamanya atau berhadapan dengannya. Semua guru-guru Salafi yang datang bersamanya yang umumnya berasal dari FKASWJ.

 

nu.or.id

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *