Puasa dan Laku Diri
HIDAYATUNA.COM – Puasa sejatinya menumbuhkan semangat bagi orang yang menjalankannya. Semua orang suka cita, rasa senang menyambut bulan puasa tersebut diekspresikan dengan menjalankan ibadah puasa dan juga ibadah-ibadah lainnya.
Sudah dimaklumi, ketika bulan puasa maka ibadah-ibadah digencarkan. Hal ini lantaran petunjuk dari Nabi bahwasanya ketika bulan puasa tiba, maka berkah pahala kebaikan dilipatgandakan.
Semua orang pasti akan mengamini untuk melakukan sebanyak-banyaknya ibadah pada bulan puasa, mulai dengan memperbanyak salat sunah yakni tarawih dan witir. Kemudian memperbanyak bacaan Alquran.
Tidak lupa, orang-orang akan berlomba-lomba bersedekah diwujudkan dengan berbagi takjil. Bahkan, khusus pada bulan puasa, ketika tidur itu sudah dihitung sebagai ibadah oleh Allah SWT.
Begitu agungnya bulan puasa, penuh berkah dan pahala. Tapi selain itu, puasa juga memberikan pelajaran berharga. Pelajaran tersebut adalah menjadikan manusia lebih bisa bersikap toleran terhadap sesamanya.
Puasa dan Sikap Toleran
Bulan Ramadhan, kemudian di Indonesia disebut juga sebagai bulan puasa memang sangat istimewa. Kehadirannya yang penuh berkah ditunggu oleh semua umat muslim.
Bulan puasa yang penuh berkah juga memberikan banyak pelajaran, seperti pelajaran untuk memahami derita dari orang yang tidak berkecukupan. Sekaligus mengajarkan toleransi. Pelajaran toleransi yang bisa diambil adalah dalam urusan rakaat salat tarawih.
Ada sebagian orang yang mengerjakan salat tarawih 20 rakaat ditambah 3 witir. Ada pula sebagian orang yang mengerjakan salat tarawih 8 rakaat ditambah 3 witir.
Semua orang sepakat bahwa kedua perbedaan tersebut adalah benar. Jika diruntut maka Nabi pernah menjalankan salat tarawih 8 rakaat, dan Nabi juga pernah menjalankan salat tarawih 20 rakaat.
Perbedaan tersebut jika disikapi dengan santun dan dengan dasar ilmu pasti akan menyejukkan. Seperti contoh kasus di atas, semuanya memiliki dasar yang sama-sama benar.
Maka jika berandai-andai semua warga negara Indonesia bisa hidup dengan padangan luas, pasti akan sangat menyenangkan. Tapi memang proses saling kesepahaman dan bisa membenarkan jumlah rakaat salat tarawih di atas tidak langsung bisa terjadi.
Pada masa lalu, perkara rakaat salat tarawih tersebut menjadi perdebatan yang cukup pelik. Tapi dengan kearifan para pendahulu, semua hal tersebut bisa terselesaikan.
Terlebih karena berkah dari bulan Ramadhan sehingga permasalahan tersebut bisa terselesaikan. Jika dilihat lebih lanjut, bulan puasa adalah bulan yang dikhususkan untuk beribadah puasa.
Puasa sendiri artinya menahan, menahan segala hal yang batil, bukan hanya menahan makan dan minum.
Puasa Mengajarkan Manusia Lebih Santun
Seperti pengertian puasa di atas, puasa berarti menahan. Menahan apa? Puasa bukan hanya menahan makan dan minuman. Puasa adalah proses menahan segala sesuatu yang batil dari perilaku manusia.
Jadi misalkan ada orang pemarah, ketika dia berpuasa maka pahala dari puasa akan dia dapatkan ketika berhasil menahan amarah. Begitu pun bagi orang yang sering ghibah, pahala puasa bisa didapatkan ketika dia tidak melakukan ghibah lagi.
Puasa ketika dipahami sebagai benteng untuk menahan segala yang batil. Maka selama 1 bulan penuh manusia yang berpuasa ibaratnya sedang diatur ulang.
Dengan begitu, ketika selesai puasanya selama 1 bulan dia akan menjadi pribadi yang lebih santun. Lahir sebagai pribadi yang mampu memahami toleransi pada seagama atau ke penganut agama lainnya.
Puasa juga menjadikan manusia tidak gampang marah. Tidak gampang menghina orang yang lebih rendah, tidak mudah melakukan hal-hal yang tercela.
Dengan menjalankan ibadah puasa 1 bulan penuh maka orang yang berpuasa akan menjadi pribadi lain, yakni pribadi yang lebih tangguh dari sebelum bulan puasa.