Pasangan di Palestina Akhirnya Menikah Setelah Menanti 18 Tahun
HIDAYATUNA.COM – Jinan Samara dan Abdel Karim Mukhader akhirnya resmi menikah setelah menanti selama 18 tahun.
Keduanya telah berencana menikah hampir dua dekade lalu. Namun, mereka baru mendapatkan kesempatan setelah pengantin pria dibebaskan dari penjara baru-baru ini.
Dilansir dari Republika.co.id, pasangan Palestina ini menikah pekan ini setelah pertunangan hampir 20 tahun. Abdel Karim Mukahder dibebaskan dari penjara Israel pada Ahad setelah menghabiskan 18 tahun di balik jeruji besi.
Hal pertama yang ingin dia lakukan setelah bertahun-tahun menunggu kebebasan adalah melanjutkan rencana pernikahannya dengan tunangannya, Jinan Samara. Samara menyambutnya di pos pemeriksaan militer Israel di Tepi Barat yang diduduki Israel pada Ahad dengan karangan bunga.
Pasangan itu berdagang merencanakan perayaan pernikahan mereka setelah berpisah selama bertahun-tahun. “Saya tidak pernah kehilangan harapan bahwa cinta kami akan berjaya pada akhirnya. Saya tidak ragu sedikit pun dalam memutuskan bersabar dan menunggu dia, dan keluarga saya tidak ikut campur dalam keputusan saya, tetapi mendorong dan mendukung saya,” kata Samara sebagaimana dikutip dari Al Araby.
“Kisah saya adalah satu dari ribuan wanita yang menderita karena penindasan pendudukan. Di banyak rumah, ada istri atau ibu seorang martir atau tahanan,” kata dia.
Samara secara teratur mengunjungi tunangannya saat dia ditahan di penjara dan membantu Mukhader belajar untuk gelar masternya dalam Studi Israel dari Universitas Al-Quds Palestina.
“Jika saya menawarinya dunia dengan apa yang ada di dalamnya, saya tidak akan memenuhi haknya. Wanita Palestina selalu berdampingan dengan pria yang berjuang melawan pendudukan (Israel) dan ketidakadilan,” kata Mukhader, yang dipenjara saat berusia 31 tahun.
“Namun terlepas dari kegembiraan saya dalam kebebasan dan bertemu Jinan dan orang yang saya cintai, hati saya masih bersama ribuan tahanan, rekan-rekan saya, yang menderita penindasan dan ketidakadilan di penjara pendudukan,” kata dia.
Saat ini ada lebih dari 4.000 orang Palestina yang ditahan di penjara Israel. Menurut LSM Israel B’tselem, angka yang dikumpulkan dari data militer Israel mungkin tidak mencakup semua orang Palestina yang ditahan oleh Israel. Ada 160 anak di antara para tahanan.
Organisasi hak asasi manusia menyebut Israel menundukkan para tahanan Palestina dengan pelanggaran hak dan perlakuan buruk, termasuk kurungan isolasi yang diperpanjang dan penolakan kunjungan keluarga. Palestina menyebut awal tahun ini sebanyak 95 persen tahanan menghadapi penyiksaan saat di penjara.
Kondisi semakin memburuk selama pandemi Covid-19. Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan bulan lalu menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah kasus virus corona di sistem penjara Israel.
“Pelukan kebebasan lagi dan pembebasan dari penjara pendudukan merupakan akta kelahiran baru untuk setiap tahanan. Penjara itu seperti kuburan, dan waktu di dalamnya lambat dan berat. Dengan berlalunya tahun, tahanan kehilangan kemampuan untuk memahami nilai menit dan jam,” ujar dia.
Pernikahan pasangan itu akhirnya berlangsung pada Jumat pekan lalu setelah penantian selama 18 tahun. Setelah menikah, Mukhader berencana mengambil gelar PhD di bidang ekonomi politik dan bekerja untuk membebaskan tahanan Palestina.