Mengulik Shirotol Mustaqim

 Mengulik Shirotol Mustaqim

Mengulik Shirotol Mustaqim

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Pernah seorang jamaah secara ngawur mengklaim bahwa ‘jalan tol’ itu ada isyaratnya dalam Al-Quran, yaitu ketika Allah menyebut dalam surat Al-Fatihah lafazh : “Ihdinash shiro TOL mustaqim.”

Saya langsung potong, husss itu namanya cocokologi. Main cocok-cocokkan seenak udele dewe. Mentang-mentang ada kata TOL di dalamnya.

Walaupun kalau dipikir-pikir memang rada sedikit bersinggungan. Karena terjemahannya adalah: Jalan Yang Lurus.

Sumber paling utama adalah tafsir Ath-Thabari. Ibnu Jarir Ath-Thabari menyebutkan bahwa para ahli ilmu telah bersepakat bahwa secara umum makna shirat adalah :

الطَّرِيقُ الْوَاضِحُ الَّذِي لَا اعْوِجَاجَ فِيهِ

Artinya: “Jalan yang jelas yang tidak ada kelokannya.”

Kata shirath (صراط) ditemukan dalam al-Quran sebanyak 45 kali. Kesemuanya dalam bentuk tunggal, 32 kali di antaranya dirangkaikan dengan kata mustaqim, selebihnya dirangkaikan dengan berbagai kata lain.

Secara bahasa bermakna jalan yang lebar, namun makna aslinya adalah menelan.

Hubungannya bahwa saking lebarnya jalan itu sehingga seolah menelan orang yang melewatinya.

Lafazh shirath (صراط) ini berbeda dengan kata yang mirip yaitu sabil (سبيل) yang juga sering kali diterjemahkan dengan jalan.

Kata sabil ada yang berbentuk jamak, seperti subul as-salam (jalan-jalan kedamaian), ada pula yang tunggal yang dinisbahkan kepada Allah, seperti sabilillah, atau kepada orang bertakwa, seperti sabil al-muttaqin.

Ada juga yang dinisbahkan kepada setan dan tirani seperti sabil ath-thdghut atau orang-orang berdosa seperti sabil al-mujrimin.

Prof. Quraish Shihab dalam Al-Misbah membuat perumpamaan bahwa shirath (صراط) itu bisa dibaratkan seperti jalan tol, selain luas dan tidak berdesakan, orang yang sudah di jalan tol dipastikan tidak akan tersesat. (Prof. Dr. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Quran (Tangerang, PT. Lentera Hati, 2017), jilid 1 hal. 80)

Sebaliknya kalau kita sebut sabil (سبيل) atau jamaknya subul (سبل) meski bermakna jalan juga, tetapi bisa diibaratkan dengan jalan kampung yang sempit, berliku dan juga bisa saja orang masih tersesat karena rumit.
اهدنا الصراط المستقيم

Ahmad Sarwat

Pendiri Rumah Fiqih Indonesia

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *