Meneladani Ketakwaan Imam Abu Hanifah

 Meneladani Ketakwaan Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Ketakwaan manusia bukan diukur dari penampilannya. la harus melakukan ibadah-ibadah dengan khusyu. Ibadah-ibadah itu dilakukan tanpa tendensi apapun selain karena Allah subhanahu wa ta’ala.

Tidak sebab ingin dipuji manusia lainnya. Tidak pula sebab ingin mendapatkan kenikmatan duniawi.

Ketakwaan adalah bentuk penyerahan diri kita seutuhnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat yang Maha Menguasai seluruh makhluknya.

Tiada alasan bagi kita untuk tidak bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebab kita adalah makhluknya.

Demikian pula dengan Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah adalah Imam yang sangat bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Beliau rajin puasa di siang hari dan shalat tahajud di malam harinya. Ketika waktu Ashar, ia melekatkan diri dengan Al-Quran dan istighfar.

Ketekunannya dalam beribadah dikarenakan sebuah peristiwa. Pada waktu itu, Imam Abu Hanifah mendatangi suatu kaum. Kaum itu berkomentar tentang Imam Abu Hanifah.

“Orang yang kalian libat itu tidak pernah tidur malam.”

Mendengar kata-kata itu, Imam Abu Hanifah berkata,

“Dugaan orang terhadapku ternyata berbeda dengan apa yang saya kerjakan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Demi Allah, jangan pernah orang-orang mengatakan sesuatu yang tidak saya lakukan. Saya tak akan tidur di atas bantal sejak hari ini hingga bertemu dengan Allah subhanahu wa ta’ala.”

Sejak saat itu, Imam Abu Hanifah membiasakan seluruh malamnya untuk shalat.

Setiap kali malam datang dan kegelapan menyelimuti alan, ketika semua lambung merebahkan diri, ia khusyu’ menghadap Allah Subhanahu wa taala.

Ia bangkit mengenakan pakaian yang indah, merapikan jenggot dan memakai wewangian.

Kemudian berdiri di mihrabnya, mengisi malamnya untuk ketaatan kepada Allah subhanabu wa ta’ala.

Setelah itu, ia mengangkat kedua tangan dengan sepenuh harap disertai kerendahan hati.

Terkadang ia mengkhatamkan Al-Quran dalam satu rekaat. Terkadang ia menghabiskan shalat semalam dengan satu ayat saja.

Imam Abu Hanifah adalah orang yang lebih dari empat puluh tahun melakukan shalat malam dengan wudhu shalat Isya’.

Selama hidupnya, Imam Abu Hanifah pernah mengkhatamkan Al-Qur’an sebanyak 7000 kali.

Subhanallah! Betapa indah hidup seorang Imam ini. Setiap saat beliau isi dengan ibadah dan ibadah.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah Imam Besar ini dan berusaha sekuat mungkin agar bisa seperti Imam Abu Hanifah yang mulia baik lahirnya maupun batinnya, aaamiin ya rabbal ‘alamiin. []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *