Membedah Makna Terbelenggunya Setan Pada Bulan Ramadhan
Berikut ini sebuah ulasan bagaimana membedah makna terbelenggunya setan pada bulan Ramadhan yang lazim kita dengar di masyarakat muslim.
HIDAYATUNA.COM – Sudah menjadi anggapan umum bahwa umat Islam menganggap setan akan dibelenggu di setiap bulan Ramadhan. Hal ini secara jelas dinyatakan oleh hadis Hadis Nabi saw yang menyatakan;
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَفُتِحَتْ أَبُوَابُ الجَّنَةِ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ
Artinya, “Ketika masuk bulan Ramadlan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup,” (HR Bukhari dan Muslim).
Akan tetapi pertanyaannya adalah, apakah setan benar-benar terbelenggu pada saat bulan Ramadhan tiba? Jikab memang demikian, mengapa di bulan Ramadhan kegiatan maksiat oleh manusia tetap saja berjalan? Apa sebenarnya yang dimaksud dari hadis tersebut?
Menurut Prf. Dr. Quraish Shihab hadis tersebut dapat dipahami dengan 2 pengertian yaitu pengertian majazi dan dapat juga secara hakiki. Dalam pengertian majazi hadits tersebut mengandung makna bahwa bulan puasa adalah bulan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah. Di dalamnya Allah melimpahkan ganjaran yang luar biasa serta membuka pintu-pintu ampunan-Nya. Dengan sedikit amal saja, manusia dapat memeroleh ganjaran yang banyak dan ini mengantarnya ke surga sehingga surga dalam bulan itu bagaikan atau seolah-olah selalu terbuka, neraka-karena banyaknya pengampunan Allah- seolah-olah tertutup, dan setan-setan karena kesadaran manusia begitu tinggi, bagaikan terbelenggu.
Jika hadits tersebut dipahami secaa hakiki, maka kita dapat berkata bahwa kedurhakaan mucul akibat godaan setan dan rayuan nafsu. Di bulan puasa, memang setan terbelenggu, tetapi ada orang-orang yang hawa nafsunya tidak terkendali, mereka itulah melakukan kedurhakaan.
Prof. Quraish Shihab kemudian menjelaskan bahwa ada yang perbedaan antara godaan setan dan rayuan nafsu yaitu Setan menggoda dengan tujuan merugikan manusia, atau paling tidak menjadikannya tidak beruntung. Karena itu setan dapat mengubah dari saat kesan rayuannya jika dia gagal dalam rayuan pertama.
Hal ini justru berbeda dengan nafsu yang hanya ingin memuaskan dirinya, sehingga bila dia mengingkan sesuatu, dia tidak akan mengubahkan dan terus mendesak hingga keingianannya tercapai.
Lantas bagaimana dengan dibelengunya setan? Menurut Imam Ad-Dawudi dan Al-Mahlab menjelaskan bahwa maksud dari setan dibelenggu adalah Allah SWT menjaga kaum muslimin atau mayoritas dari mereka dari kemaksiatan dan kecenderungan untuk menuruti bisikan setan. Bahkan Imam Al-Mahlab memberikan argumentasi bagi kalangan yang memahami dibelenggunya setan dalam pengertian hakiki. Menurutnya, masuknya para pendurhaka (ahlul ma’ashi) pada bulan Ramadhan dalam ketataan sehingga mereka mengabaikan hawa nafsunya menunjukkan terbelenggunya setan.
Jika kita cermati Bersama penjelasan tersebut, maka soal dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dan dibelenggunya setan, para ulama berbeda dalam memahaminya. Ada yang memahami dengan pendekatan makna hakiki sesuai bunyi teks haditsnya, dan ada juga yang memahami dengan pendekatan makna yang terdapat di balik bunyi teksnya atau yang disebut majazi.
Baca Juga: Ini Bunyi Fatwa Muhammadiyah Jika Corona Tak Reda di Bulan Puasa