Kisah Kebijaksanaan Ibn Al-Furat

 Kisah Kebijaksanaan Ibn Al-Furat

Syekh Syamsuddin Tabriz: Sang Guru dan Inspirasi Jalaluddin Rumi (duniasantri.co)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Hakim Abul Hasan Abdullah bin Ahmad berkisah, konon ada seorang lelaki yang karena terlalu lama menganggur, akhirnya ia menulis surat kepada Abu Zunbur, gubernur Mesir.

Dalam suratnya, lelaki pengangguran itu memohon agar diberi pekerjaan yang layak dan untuk memperkuat permohonannya ia mencatut nama Ali bin Muhammad al-Furat, wazir khalifah di Baghdad.

Bahasa surat dan alamat si pengirim menimbulkan kecurigaan dalam benak gubernur.

Oleh karena itu dia hanya memberi pekerjaan rendah kepada si pengirim surat itu.

Di lain pihak, gubernur mengirim surat secara pribadi kepada sang menteri yang dicatut namanya dan menjelaskan perihal surat pengangguran itu.

Di antara isi surat palsu itu adalah bahwa si pengirim pernah berjasa besar kepada sang wazir pada masa-masa sulit dahulu.

Saat menerima surat gubernur, Ibn al-Furat sedang berada di tengah-tengah sahabatnya.

Dia membaca isi surat itu dan menanyakan kepada para sahabatnya apa kira-kira yang harus dilakukan terhadap lelaki yang telah mencatut namanya.

Salah seorang dari mereka menyaran- kan agar tangan si pemalsu itu dipotong.

Orang kedua mengusulkan agar kakinya saja yang dipotong. Orang ketiga menganjurkan agar ia dihukum cambuk dan dijebloskan ke dalam bui.

Orang terakhir mengatakan bahwa sang gubernur harus diperintahkan agar saat itu juga menangkap si pemalsu dan mengusirnya pergi.

Ibn al-Furat menengahi dan berkata,

“Betapa liciknya usulan yang kalian kemukakan. Lelaki ini berusaha mengambil keuntungan dengan mencatut nama kita dan dia telah berjuang mengarungi segala rintangan menempuh perjalanan ke Mesir. Ada kemungkinan, lelaki ini tidak punya akses kepada kita dan karenanya ia tidak bisa memperoleh surat pengantar dari kita. Bagaimana, lelaki ini telah membebas- kan kita dari permasalahan dengan menulis sendiri surat yang dipermasalahkan ini.”

Kemudian Ibn al-Furat mencelupkan penanya ke dalam tinta dan menulis dengan tangannya sendiri di atas lembaran surat palsu itu,

“Anda tidak perlu sangsi akan keaslian surat ini. Klaim si pengirim surat atas namaku jauh lebih besar daripada apa yang ia nyatakan dalam surat. Oleh karena itu beri dia pekerjaan dalam pemerintahan yang sesuai dengan keahliannya.” []

Muhammad Ahsan Rasyid

Muhammad Ahsan Rasyid, magister BSA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan sukarelawan. Tinggal di Yogyakarta, dapat disapa melalui Email: rasyid.ahsan.ra@gmail.com.

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *