Hindari Pelecehan, Jangan Masuk Pesantren Kalau Belum Tahu Sejarahnya!

 Hindari Pelecehan, Jangan Masuk Pesantren Kalau Belum Tahu Sejarahnya!

Mama Ciwedus, Common Link Keulamaan dan Pesantren di Jawa Barat (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Kasus pencabulan dan pelecehan seksual di lingkungan pendidikan otoritas keagamaan tradisional seperti pesantren kembali mencuat. Lagi-lagi pelaku merupakan pengasuh pesantren yang bermukim di Kapanewon Sentolo, Kulonprogo, Yogyakarta dan menyasar santrinya sendiri.

Tindakan tidak terpuji ini telah diketahui orangtua korban setelah korban mengadu kepada seorang sahabatnya yang juga sesame santri. Lantas diketahui oleh pengasuh pesantren lainnya, yang memegang jabatan sebagai Lurah Pesantren.

Seorang pengasuh pesantren sejatinya dapat mencerminkan sikap dan nilai-nilai sebagai santri. Dalam ranah domestik misalnya, semestinya ia sudah lebih dahulu ‘selesai’ dan paham dengan urusan ini. Pendeknya, soal seks, seharusnya ia menjadi teladan dalam menjaga pandangannya.

Sayangnya, dewasa ini justru sebaliknya, semakin merasa ‘terbuka’ pikirannya maka semakin bangga ia memperlihatkan nafsunya. Sejauh ini, kasus pelecehan seksual di Pondok Pesantren tersebut masih diselidiki pihak berwenang setempat dan belum diketahui pasti motif utama pelaku.

Jika boleh penulis melihat dari kasus serupa sebelumnya yang terjadi di Jawa Barat. Pelaku yang pengasuh pondok pesantren belakangan diketahui adalah penganut Syiah.

Maka jika pada kasus pelecahan santri di pondok pesantren Kulonprogo ini akhirnya sama, barangkali beberapa hal ini wajib menjadi pelajaran. Baik bagi pengasuh pondok pesantren lainnya maupun pelaku sendiri, paling utama ialah orangtua dan santri atau calon-calon santri yang akan mendaftar.

Memilih Pondok Pesantren yang Terdaftar

Menjamurnya lembaga otoritas keagamaan tradisional di Indonesia menjadi suatu kemajuan bagi bangsa dalam mendidik generasi dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan zaman. Namun minusnya, semakin banyak pula penyusup-penyusup yang tak kita sadari merupakan musuh ‘dalam selimut’ Islam sendiri.

Untuk itu orangtua dari calon santri wajib mengetahui status lembaga atau pondok pesantren tersebut, apakah berizin atau illegal? Sebab, ternyata masih banyak Yayasan Pondok Pesantren yang mengunggulkan lembaganya namun ternyata tak mengantongi izin sehingga mereka pun asal dalam merekrut tenaga pendidik.

Menyedihkannya lagi, mereka sendiri-lah, atau pengasuh Pondok Pesantren yang memang serampangan menjalankan jabatannya. Selain itu, dengan hati-hati dalam memilih pondok pesantren, maka akan dapat menghindari masa depan buruk bagi santri di kemudian hari.

Santri sekarang bukanlah santri yang dulu, yang hanya bisa Kembali ke kampung dan sekadar menjadi imam masjid atau mubaligh. Akan tetapi, mereka bisa masuk ke lingkungan pekerjaan yang mumpuni.

Bukan berarti mengesampingkan profesi lainnya. Namun seiring kemajuan teknologi dan perkembangan zaman tak dipungkiri para santri juga tergiur mengamalkan ilmunya dalam dunia pemerintahan atau semacamnya.

Bahkan kini mereka bisa menjadi wirausahawan muda dan bersaing di kancah nasional hingga internasional. Santri juga bisa masuk ke industri kreatif yang dulu dikenal hanya berlaku bagi ‘orang umum’.

Akses-akses itu akan dengan mudah didapat oleh para santri dengan masuk ke lembaga otoritas keagamaan tradisional yang resmi dan diakui pemerintah. Dalam kasus ini, pelecehan seksual misalnya, dapat diminimalisir meski tetap perlu diwaspadai. Jika terjadi pun, pemerintah dapat segera memblokir perizinannya sehingga korban tidak meluas ke mana-mana.

Memahami Sejarah Pesantren

Penting bagi orangtua santri atau calon santri untuk memahami sejarah berdirinya pondok pesantren, sebelum terlanjur menimba ilmu. Sebab, ada banyak lembaga pesantren yang memiliki keilmuannya masing-masing.

Umumnya, pesantren yang berdiri sebelum tahun 90-an cenderung lebih kuat pondasi keilmuannya. Mereka lebih diakui dan amanah menjalankan perannya di masyarakat, meski tidak dapat dipungkiri bahwa oknum mungkin saja bersembunyi di baliknya.

Namun jangan khawatir masuk pesantren karena pesantren masih menjadi lembaga otoritas keagamaan tradisional yang dapat diandalkan. Santri dan santriwati keluaran pondok pesantren banyak yang terlibat langsung di masyarakat, mereka dipandang unggul dalam banyak hal baik keagamaan maupun di luar itu.

Memahami sejarah pesantren pun tidak sulit, lihat saja siapa tokoh yang ada di balik berdirinya pesantren tersebut. Pondok pesantren yang didirikan oleh tokoh Islam yang dipercaya masyarakat pada masanya dahulu, jelas banyak dikenal masyarakat luas dan Anda bisa mengulik informasi dari mereka.

Anda juga bisa mengakses internet untuk memastikan lebih lanjut lembaga pendidikan yang bersangkutan terkait sejarahnya. Dari sana Anda juga bisa sekaligus memahami status akreditasi dari lembaga tersebut.

Jangan hanya karena tergiur nama lembaganya yang seolah mentereng, kemudian Anda buru-buru memasukkan anak-anak Anda di dalamnya. Sebab di masa sekarang ini, mendirikan lembaga, yayasan atau mengaku ustaz sangat mudah dilakukan oleh siapa saja.

Oleh sebab itu, jangan masuk pesantren kalau Anda belum mengetahui sejarahnya karena hal itu akan membantu santri tentang banyak hal di masa depan mereka. Termasuk dalam rangka meminimalisir pelaku pelecehan seksual di pesantren.

Perlu menjadi catatan bersama, bahwa pelecehan itu terjadi bukan karena lembaganya tetapi karena pola pikir dan mentalitas dari pelaku. Itulah pentingnya memilih dan memahami lembaga pendidikan yang akan kita tuju bagi anak-anak kita kelak.

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *