Dakwah Online: Bagaimana Dampaknya bagi Masyarakat Umum?
HIDAYATUNA.COM – Dakwah Islam kini tak sesulit dulu, harus bersembunyi-sembunyi. Malahan yang ada kini dakwah harus terang-terangan bahkan online sehingga kalau bisa disaksikan seluruh dunia.
Jelas bertolak belakang semasa awal-awal Islam datang. Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Saw, dakwah memiliki 3 cara, yakni bil lisan, bil qalam dan bil hal. Ketiganya kini dirangkum secara online.
Sebut saja ustaz-ustaz ternama yang sukses merambah media online untuk dakwah, misalnya Alm. KH. Muhammad Arifin Ilham yang media sosial Facebooknya diikuti kurang lebih 1,8 juta.
Sebagaimana disebutkan dalam jurnal yang ditulis oleh dosen Dakwah STAIN Kudus, Ahmad Zaini. “Dia (KH. Muhammad Arifin Ilham) menulis di Facebook tentang keinginannya untuk memasukkan anaknya ke pesantren. Tulisannya itu dikomentari sekitar 4.200 orang. Sekitar 27 ribu orang menyukai tulisan tersebut.”
Demikian juga yang dilakukan oleh Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Ahmad Satori Ismail yang membuat akun Twitter. Ketika dia menulis singkat tentang mukjizat Alquran, tidak lama kemudian banyak tanggapan berdatangan dari pengguna media sosial tersebut (Jurnal “Dakwah Melalui Internet”, Ahmad Zaini, 2013).
Atas dasar itulah, penggunaan media online untuk dakwah harus dimanfaatkan sebesar-besarnya. Dakwah via online memiliki banyak keunggulan sebab, para dai atau pendakwah mampu menjadwal belajar, mengaji, dan menonton.
Bukan berarti hal itu tidak memiliki efek bagi masyarakan atau pun para dai sendiri. Ahmad Zaini dalam jurnalnya menyebut, menurut Steven H. Chaffe ada lima efek media massa yang dapat mempengaruhi mitra dakwah.
Efek Ekonomis
Secara ekonomis, media massa online cukup menguntungkan sektor usaha lain karena menggerakkan berbagai usaha produksi. Dengan begitu umat muslim pun ikut berperan untuk membangkitkan kesejahteraan umat.
Umat muslim melalui media online yang digunakan dalam berdakwah atau menikmati kajian Islam, berarti menghidupkan pabrik yang menyuplai kertas koran. Bukan itu saja, umat muslim juga turut menyumbang pemasukan bagi pengusaha percetakan, grafika, pekerjaan bagi kru dan wartawan, ahli rancang grafis, dan sebagainya.
Efek Sosial
Keluarga muslim yang akrab atas kehadiran media online sebagai perantara atas pemenuhan kebutuhan spiritual ini dapat meningkatkan status sosial pemiliknya. Mereka bisa bertanya secara langsung lewat media online tersebut mengenai permasalahan dalam beragama, misalnya.
Masyarakat mengirim gagasannya melalui jaringan media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram. Motivator-motivator, pendakwah, politisi, dosen, guru membuat blog di internet. Bukan tidak mungkin hal tersebut dapat membangun citra dirinya.
Efek Kegiatan Masyarakat
Adanya media online yang tak terbatas waktunya kadang kala membuat segelintir orang merasa kewalahan. Banyak dari mereka yang belum mampu mengimbangi kehadiran media online dengan penjadwalan kegiatan yang ketat.
Dengan begitu, mereka akan cenderung lalai dalam menjalankan aktivitasnya. Misalnya saja ketika ustaz A mengisi Live di Instagram atau Youtube, orangtua yang semestinya menemani anak belajar bisa jadi akan menunda hal itu untuk menyaksikan dakwah online sang dai.
Ahmad Zaini juga menyebutkan contoh, seorang siswa protes kepada ibunya karena ia dilarang menonton program kesayangan teman-teman sekelas. Ia wajib menonton, jika tidak menonton, ia tidak dapat berinteraksi dengan teman sekelasnya dalam pembahasan tontonan.
Itulah pentingnya mengatur jadwal agar dakwah online yang akan Anda saksikan tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
Efek bagi Penyaluran atau Penghilangan Perasaan Tertentu
Radio dan televisi adalah hiburan yang murah bagi rakyat, pendakwah mampu memahami kondisi penyaluran dan penghilangan perasaan mitra dakwah. Seseorang menjaga rumahnya sendirian, maka ia tidur bersama televisi. Televisi tidak dimatikan dan menemaninya tidur.
Efek pada Perasaan Orang terhadap Media
Pendengar, pembaca, dan penonton dari media online terhadap acara, narasumber, dan pembawa acara tertentu dapat saling menjalin hubungan. Mereka mengadakan pertemuan, misalnya fans seorang ustaz yang aktif di Instagram mengadakan zikir, pengajian, dan pariwisata bersama. Bahkan mereka bisa menjadi pengurus dari media sosial penggemar ustaz itu sendiri.
***
Berkembangnya teknologi informasi dan media massa yang begitu pesat sedikit banyak merubah pola pikir masyarakat dunia. Terlebih lagi di era globalisasi ini, penyampaian pesan dan informasi melalui media online sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak.
Maka, penyampaian pesan-pesan dakwah melalui internet harus mendapat perhatian yang serius dari para dai maupun daiyah. Terlebih lagi bagi masyarakat modern saat ini.