Daerah Pesantren Tertua di Yogyakarta: Legenda Wonokromo dan Pagebluk
HIDAYATUNA.COM – Yogyakarta memiliki pesantren tertua yang berada di Kabupaten Bantul, yakni daerah Wonokromo. Ada banyak lembaga pendidikan agama Islam yang dikenal dengan pesantren di sana, dengan nilai religius yang masih sangat kental.
Menurut cerita, nama Wonokromo muncul ketika peristiwa pagebluk pada tahun 1600 M. Saat itu, Kerajaan Mataram dipimpin Sultan Agung, banyak warga yang meninggal karena wabah ini.
Dilansir dari Liputan6, Sultan Agung melakukan tirakat untuk mendapatkan ilham dalam mengatasi wabah. Ia pun memanggil Kiai Abdullah Faqih untuk melaksanakan ritual tolak bala tersebut.
Dari ritual tersebut kemudian Kiai Abdullah Faqih memberikan tulisan yang berwujud rajah dan dibungkus kain mori putih. Tulisan yang telah dibungkus tersebut diserahkan kepada Sultan Agung untuk dimasukkan ke dalam air.
Air yang telah dimasukkan bungkusan tulisan tersebut disebut dengan azimat. Para rakyat Mataram pun sembuh setelah meminum air azimat tersebut.
Berita kemanjuran air azimat sebagai media yang dianggap obat tersebut pun tersebar sampai ke pelosok desa. Banyak warga desa yang kemudian datang untuk mendapatkan air azimat.
Asal Muasal Nama Wonokromo
Sultan Agung merasa khawatir air tersebut tidak akan cukup. Akhirnya, ia meminta Kiai Welit untuk menuangkan air azimat yang masih tersisa di dalam bokor kencana ke tempuran Kali Opak dan Kali Gajah Wong, agar memudahkan setiap orang yang membutuhkan air azimat.
Akhirnya, banyak masyarakat yang mandi atau bahkan hanya sekadar membasuh muka di tempuran tersebut. Sultan Agung merasa senang dan bersyukur melihat rakyatnya sembuh.
Melalui perantara Kiai Welit lah wabah tersebut dapat teratasi. Sebagai ucapan terima kasih, Sultan Agung memberikan hadiah berupa hutan yang bernama hutan awar-awar. Hutan tersebut kemudian dikembangkan oleh Kiai Welit dan para pengikutnya, Kiai Pet, dan Kiai Sokopuro.
Awalnya, di daerah hutan awar-awar didirikan masjid yang diberi nama Wa Anna Karoma. Seiring berjalannya waktu, masjid tersebut juga dijadikan pesantren bagi seluruh warga sekitar hutan awar-awar.
Oleh karena sebagian besar masyarakat Jawa sulit mengucapkan kata Wa Anna Karoma, maka untuk memudahkan pengucapan, masyarakat menyebutnya dengan Wonokromo.
Begitulah kisah legenda yang meluas di masyarakat mengenai pesantren tertua di Yogyakarta, Wonokromo. Bila berkunjung ke Kota Pelajar ini, kiranya perlu kini diagendakan untuk mengunjungi daerah Wonokromo.