Bolehkah Membaca Bacaan Salat Hanya dalam Hati?

HIDAYATUNA.COM – Membaca bacaan salat sudah menjadi rukun salat wajib. Namun apakah yang dimaksud termasuk membaca hanya dalam hati, atau harus diucapkan secara langsung?

Ada kalimat, “Allah Maha mengetahui apa yang ada dalam hati kita, jadi cukuplah kita membaca bacaan salat dalam hati saja”. Kata-kata ini sekilas nampak logis. Namun bolehkah membaca bacaan salat hanya dalam hati?

Beragama tidak sesimpel logika tersebut. Sayyidina ‘Ali pernah bertutur : “Seandainya agama itu dengan logika semata, maka tentu bagian bawah khuf (semacam sepatu) lebih layak untuk diusap daripada bagian atasnya. Namun sungguh aku telah melihat Rasulullah saw. mengusap bagian atas khufnya” (mengusap bagian atas khuf diperbolehkan sebagai ganti mencuci kaki dalam wudu, dalam keadaan tertentu).

Dari perkataan Sayyidina ‘Ali, jelaslah bahwa beragama tidak hanya berdasarkan logika semata. Melainkan ada tuntunan yang jelas, yaitu Alquran dan As-Sunnah (Hadis).

Upaya menggali hukum (ijtihad) dari Al-Quran dan hadis pun tidak bisa seenaknya. Ada kaidah-kaidah yang baku, juga ada kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang penggali hukum (mujtahid). Sehingga kita sebagai orang yang tidak memiliki kompetensi untuk berijtihad, cukup mengikuti produk hukum yang telah dilahirkan oleh para mujtahid.

Mengenai permasalahan bacaan salat dalam hati, Al-Imam An-Nawawi menjelaskan dalam kitab Al-Adzkar sebagai berikut:

اعلم أن الأذكار المشروعة في الصلاة وغيرها واجبةً كانت أو مستحبةً لا يُحسبُ شيءٌ منها ولا يُعتدّ به حتى يتلفَّظَ به بحيثُ يُسمع نفسه إذا كان صحيح السمع لا عارض له

Ketahuilah bahwa zikir yang disyariatkan dalam salat dan selainnya, baik yang wajib ataupun sunnah  tidak dihitung dan tidak dianggap kecuali diucapkan, sekiranya ia dapat mendengar yang diucapkannya sendiri apabila pendengarannya sehat dan dalam keadaan normal (tidak sedang bising dan sebagainya).