Begini Tiga Golongan Manusia yang Dibahas oleh Al-Qur’an
HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Al-Qur’an sebagai pedoman utama umat muslim tidak hanya memuat ajaran agama semata. Tetapi juga pengetahuan yang bersifat umum dan juga persoalan sosial kemasyarakatan.
Dalam Al-Qur’an juga terdapat pembahasan mengenai berbagai kategorisasi manusia dalam suatu masyarakat.
Terkadang, kepribadian dan perilaku manusia menjadi fokus utama dan terkadang status sosial dan ekonomi mereka.
Namun, Islam memberikan perhatian khusus pada masalah manusia.
Dalam ilmu seperti sosiologi dan psikologi, ada kategorisasi yang berbeda untuk manusia karena masing-masing berfokus pada faktor khusus.
Misalnya, psikolog Swiss Carl Gustav Jung menempatkan orang ke dalam dua kategori introvert dan ekstrovert.
Atau kaum Marxis mengkategorikan orang-orang dengan pandangan sosial ke dalam tiga kelompok seperti borjuasi, pemilik tanah, dan proletariat.
Al-Qur’an juga mengkategorikan manusia dalam berbagai kategori.
Hal tersebut dibahas Al-Qur’an dalam Surah Al-Fatihah yang menempatkan manusia ke dalam tiga kategori yakni orang-orang yang diberi nikmat, orang-orang yang dimurkai Allah, dan orang-orang yang sesat.
Berikut kutipan ayatnya:
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Artinya:
“(Tuhan), tuntunlah kami ke jalan yang benar, jalan orang-orang yang telah Engkau beri berkat, mereka yang tidak tunduk pada murka-Mu dan tidak tersesat.” (Q.S. Al-Fatihah ayat 6-7)
Surat Al-Baqarah juga mengelompokkan manusia menjadi tiga golongan yaitu beriman, kafir, dan munafik.
Dalam ayat-ayat pembukaan surah, karakteristik orang-orang beriman telah disebutkan,
ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ
Artinya:
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 3)
Kelompok kedua adalah orang-orang kafir, yaitu mereka yang tidak percaya pada Keesaan Tuhan, musuh agama, dan secara terang-terangan menentang keyakinan agama.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 6)
Ayat ini menunjukkan ciri ketegaran pada orang-orang ini karena mereka tidak dapat memahami kebenaran, menerima kata-kata yang benar, dan meninggalkan kepercayaan mereka yang salah karena mereka telah melakukan dosa.
Kelompok ketiga adalah orang-orang munafik. Al-Qur’an menjelaskan kelompok ini lebih dari dua yang pertama.
Kata “nifaq” dalam bahasa Arab mengacu pada kemunafikan dan itu berarti ketidakkonsistenan antara keyakinan batin dan apa yang sebenarnya ditampilkan seseorang.
Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis menggambarkan orang munafik sebagai lebih buruk dari orang-orang kafir karena mereka tampak seperti teman pada pandangan pertama tetapi sebenarnya musuh.
Oleh karena itu, bahaya mereka bagi masyarakat manusia lebih dari bahaya orang-orang kafir.
“Al-Munafiqun” adalah nama Surat dalam Al-Qur’an dan puluhan ayat membahas sifat-sifat orang munafik dan bahaya kemunafikan.
Misalnya, dua ayat pertama dari Surat Al-Munafiqun berbunyi:
إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُنَٰفِقُونَ قَالُوا۟ نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَكَٰذِبُونَ
Artinya:
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”.
Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (Q.S. Al-Munafiqun ayat 1)
Demikian penjelasan mengenai kategorisasi manusia dalam Al-Qur’an. []