Banget Rusul Masyarakat Muslim di Sasak

 Banget Rusul Masyarakat Muslim di Sasak

 Ketika Perbedaan Itu Terbatas antara Para Ulama Saja (Ilustrasi/Hidayatuna)

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Bagi muslim di Indonesia, peringatan maulid Kanjeng Nabi Muhammad digelar dengan berbagai rupa.

Masing-masing daerah tentunya memiliki tradisi unik ihwal peringatan yang digelar sekali dalam setahun ini.

Salah satu tradisi unik itu bisa kita jumpai pada masyarakat muslim Sasak, di pulau Lombok.

Bagi muslim Sasak, maulid atau mulud memiliki dua makna sekaligus. Makna pertama bertalian erat dengan hari kelahiran Kanjeng Nabi di muka bumi secara biologis.

Hari agung yang menandai lahirnya insan paripurna dengan segala kesempurnaannya.

Makna lainnya muncul karena ada pengaruh dari tradisi yang mengakar kuat di masyarakat muslim Sasak.

Maulid atau mulud di sini dimaknai sebagai ‘bibir’. Jika artinya ditarik lebih jauh, ‘bibir’ ini merupakan simbol dari rasa syukur dengan menyedekahkan rezekinya untuk memperingati hari kelahiran Kanjeng Nabi.

Maka dari itu, perayaan maulid oleh muslim di Sasak mesti erat kaitannya dengan sedekah makanan yang di dalamnya memuat simbol-simbol keagamaan.

Selain itu, muslim di Sasak tidak mengkhususkan perayaan maulid di tanggal 12 Rabiul Awal saja.

Lantaran bagi mereka, seluruh hari di bulan tersebut merupakan hari mulia yang bisa digelar peringatan maulid sesuai dengan kemufakatan masyarakat Sasak.

Prosesi Maulid Nabi oleh Muslim di Sasak

Zaenuddin Mansyur dalam artikelnya Tradisi Maulid Nabi Dalam Masyarakat Sasak (2005) menerangkan prosesi perayaan maulid di Sasak.

Ia membaginya dengan tiga momen yang saling berkaitan.

Pertama-tama setelah tanggal perayaan maulid disepakati, masyarakat muslim Sasak menggelar berbagai lomba keagamaan untuk para anak dan remaja.

Mulai dari lomba adzan, tahfid al-Qur’an, cerdas cermat Islam, dan semacamnya.

Harapannya dengan digelar lomba ini, para anak dan remaja di Sasak bisa meneladani spirit keislaman yang diwariskan Kanjeng Nabi.

Bersamaan dengan itu, mereka yang dewasa menyiapkan berbagai hidangan untuk perayaan maulid.

Salah satu hidangan wajib yang menjadi simbol dari acara maulid ini adalah banget rusul. Semacam hidangan lokal berbahan baku ketan dan santan yang dibubuhi umbi kunyit.

Banget’ berarti erat, sangat, lekat sedangkan ‘rusul’ merujuk pada keberadaan Kanjeng Nabi.

Maka dari itu, hidangan banget rusul menjadi simbol dari rasa cinta muslim di Sasak kepada Kanjeng Nabi dari berbagai sisi; keberadaan, laku kehidupan, serta ajaran yang dibawanya.

Selain itu, mereka juga menyembelih hewan, membuat lauk pauk, dan aneka jajanan lainnya.

Setelah semuanya siap, semua hidangan itu ditaruh di tiga nampan besar yang berbeda nama dan penggunaannya; dulang nasi, dulang jaje, dan dulang penamat.

Ketika hari pelaksanaan perayaan maulid tiba, ketiga dulang ini dibawa ke masjid sebagai sajian bagi para muslim yang hadir.

Sebelum acara dimulai, dulang nasi dikeluarkan lebih dulu. Baru setelahnya rangkaian acara ditunaikan; tahlilan, zikir, doa, ceramah, membaca al-barzanji, dan sebagainya.

Rampungnya rangkaian acara ini ditandai dengan dikeluarkannya dulang jaje untuk sajian yang hadir di masjid.

Bedanya, dulang nasi berisi nasi beserta lauk pauknya, sedangkan dulang jaje berisi jajanan lokal masyarakat muslim di Sasak.

Adapun dulang penamat dikeluarkan sebagai tanda bahwa gelaran perayaan maulid di masjid sudah benar-benar rampung.

Setelah perayaan maulid tersebut, masyarakat muslim di Sasak juga masih menggelar perlombaan lokal yang dimaknai dengan narasi sosial-keagamaan; panjat pinang dan tarik tambang.

Panjat pinang sebagai simbol dari manusia yang tidak boleh hasud kepada sesamanya.

Tentu saja ini berurat akar pada akhlak yang diwariskan oleh Kanjeng Nabi.

Adapun tarik tambang menjadi simbol dari rasa kebersamaan dan kesatuan masyarakat muslim Sasak guna menghadapi segala bencana serta peristiwa besar lainnya.

Barangkali tarik tambang di sini merupakan ekspresi dari solidaritas kehidupan Kanjeng Nabi bersama para sahabatnya.

Kita bisa menduga perayaan maulid oleh masyarakat Sasak di pulau Lombok ini cukup meriah.

Bukan dalam rangka boros, menghamburkan harta benda, atau semacamnya.

Tetapi semata-mata memang didedikasikan untuk Kanjeng Nabi. Nabi yang kelak memberi syafaat kepada para pecintanya di hari akhir. Begitu. []

Ahmad Sugeng Riady

Masyarakat biasa. Alumni Magister Studi Agama-agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *