Azan saat Pemakaman
HIDAYATUNA.COM – Di Mazhab Syafi’i mengambil dari Fatawa Al-Kubra yang memang agak keras dalam penolakan azan saat pemakaman. Pasalnya Mazhab Syafi’i sudah terbiasa dengan khilafiyah antar ulama di internal Mazhab.
Menjadi tabu ketika dikutip oleh Salafi yang mengklaim kebenaran hanya pendapatnya dan lainnya bidah. Coba saya tampilkan pendapat Imam Ibnu Hajar di kitab paling muktamad, yaitu Tuhfah:
قَدْ يُسَنُّ الْأَذَانُ لِغَيْرِ الصَّلَاةِ كَمَا فِي آذَانِ الْمَوْلُودِ وَالْمَهْمُومِ وَالْمَصْرُوعِ وَالْغَضْبَانِ وَمَنْ سَاءَ خُلُقُهُ مِنْ إنْسَانٍ أَوْ بَهِيمَةٍ وَعِنْدَ مُزْدَحَمِ الْجَيْشِ وَعِنْدَ الْحَرِيقِ قِيلَ وَعِنْدَ إنْزَالِ الْمَيِّتِ لِقَبْرِهِ قِيَاسًا عَلَى أَوَّلِ خُرُوجِهِ لِلدُّنْيَا لَكِنْ رَدَدْته فِي شَرْحِ الْعُبَابِ وَعِنْدَ تَغَوُّلِ الْغِيلَانِ أَيْ تَمَرُّدِ الْجِنِّ لِخَبَرٍ صَحِيحٍ فِيهِ ، وَهُوَ وَالْإِقَامَةُ خَلْفَ الْمُسَافِرِ
“Terkadang dianjurkan azan untuk selain salat, seperti di telinga bayi yang lahir, orang susah, orang pingsan, orang marah, yang buruk perilakunya baik manusia atau hewan, ketika desakan pasukan, ketika tenggelam. Ada yang mengatakan ketika mayit diturunkan ke kubur, diqiyaskan dengan pertama kali lahir di dunia, namun saya membantahnya dalam kitab Syarah Ubab. Juga ketika kerasukan jin, berdasarkan hadis sahih. Demikian halnya azan dan iqamah di belakang musafir” (Tuhfah al-Muhtaj, 5/51)
Siapa yang Mengawali Azan Ketika Pemakaman?
Di kitab sejarah dijelaskan:
الْاِصَابِي (٥٧٧ – ٦٥٧ هـ – ١١٨١ – ١٢٥٨ م) عَلِيًّ بْنُ الْحُسَيْنِ الْاِصَابِي، أَبُوْ الْحَسَنِ: فَقِيْهٌ أُصُوْلِيٌّ، يَمَانِيٌّ. وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْاَذَانَ لِمَنْ يُسَدُّ اللَّحْدَ عَلَى الْمَيِّتِ.
“Ali bin Husain al-Ishabi (577-657 H atau 1181-1257 M), Abu Hasan, ahli fikih, ahli usul fikih, berkebangsaan Yaman. Dia adalah yang pertama kali menganjurkan azan terhadap orang yang memasukkan mayit ke liang lahat” (Zirikly, al-A’lam, 4/280)
Jadi, sudah hampir 1000 tahun lalu telah ditemukan ijtihad ulama yang membolehkan azan ketika mengubur jenazah. Kesimpulan di Mazhab Syafi’i dalam masalah ini disampaikan dalam Hasyiah Tuhfah:
وَلَا يُنْدَبُ الْآذَانُ عِنْدَ سَدِّهِ خِلَافًا لِبَعْضِهِمْ بَرْمَاوِي اهـ
“Tidak disunahkan azan saat menutup liang lahat, berbeda dengan sebagian ulama. Dikutip dari Syaikh Barmawi” (Hawasyi asy-Syarwani, 3/171)
Kebetulan saja di Indonesia menggunakan pendapat yang membolehkan azan ketika pemakaman.