Allah Tidak Terhijab, Manusialah Yang Terhijab
HIDAYATUNA.COM – Ibn Atha’illah berkata dalam kalimat hikmahnya: “Tuhanmu tidak terhijab. Yang terhijab adalah pandanganmu sehingga engkau tidak dapat melihat-Nya. Kalau dia terhijab berarti dia tertutupi oleh sesuatu. Jika dia tertutup sesuatu, berarti wujud-Nya terbatas. Segala yang terbatas adalah lemah, sedang Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Kalimat ini disampaikan oleh Ibnu Atha’illah, dalam pesan hikmahnya yang ke-23, yang tertuang di dalam bukunya, Terjemah al-Hikam, hal. 53.
Kali ini Ibn Atah’illah menyampaikan pesan bahwa Tuhanmu Maha Sempurna, tidak memiliki kekurangan sedikit pun. Tuhanmu tidak terhijab (tidak dihijab). Tidak ada satu pun yang menghijab Tuhanmu. Sebab, kalau Tuhan dihijab, maka Tuhan memiliki kekurangan. Jika ada sesuatu yang menghijab Tuhan, maka sesuatu itu yang lebih sempurna dari Tuhanmu. Tuhan hanya sendirian, tidak ada sekutu-Nya, Dia Maha Sempurna. Tihan adalah pencipta. Selain-Nya tidak sempurna. Karena selainnya adalah makhluk-Nya. Kata Rasulullah dalam hadisnya: “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya (dan itu tidak mungkin), maka yakinlah bahwa Dia melihatmu.”
Engkau tidak dapat melihat Tuhanmu, karena engkau lemah dan terbatas. Pandanganmu tidak dapat melihat Tuhanmu karena pandanganmu lemah dan terbatas. Matamu tidak dapat melihat Tuhamu karena mata terhijab oleh sesuatu. Sesuatu yang menghijab pandanganmu itu lebih kuat dari matamu. Engkau terhijab, karena engkau lemah dan memiliki kekurangan. Sesuatu yang menghijab pandanganmu itu yang menyebabkan engkau tidak dapat melihat Tuhanmu. Karena boleh jadi, sesuatu menghijab pandanganmu itu lebih kuat dari matamu. Untuk itu, beribadah kepada Allah karena Allah dengan keyakinan bahwa Allah senantiasa melihatmu.
Tidakkah kita ingat, ketika Musa meminta kepada Allah untuk menampakkan dirinya di hadannya. Allah menjawab, Wahai Musa engkau tidak akan dapat melihat Aku. Tetapi, ngotot ingin melihat Tuhan. Lalu Tuhan meminta kepadanya untuk memandang ke arah suatu gunung. Ya Musa, lihatlah kepada gunung itu, karena di situ Aku. Lalu Musa mengarah pandangannya ke gunung itu. Seketika itu juga gunung itu meletus. Lalu Musa terjatuh pingsan, tidak sanggup melihat gunung yang meletus itu. Lalu setelah dia sadar, Allah bertanya: “bagaimana Musa, engkau sudah melihat Aku.” Tidak ya Tuhan.” Letusan gunung menyebabkan aku tidak bisa lihat-Mu. Engkau baru melihat makhluk-Ku, sudah tidak sanggup engkau melihatnya. Apa lagi engkau mau melihat Aku, sebagai pencipta gunung itu. Kata Allah di dalam Al-Qur’an: “Dia tidak akan dicapai oleh penglihatan, tetapi Dia mencapai semua penglihatan.”
Dikutip dan dikomentari oleh Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA