Tekanan Eksternal pada Muktamar NU 2021 Disebut Sangat Besar
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Dalam waktu dekat ini, ormas keagamaan tersebar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama (NU) akan menggelar hajat besar berupa Muktamar. Muktamar kali ini sempat tertunda beberapa kali lantaran wabah Covid-19.
Menanggapi situasi Muktamar NU yang sedianya akan berlangsung pada Desember 2021 mendatang, Guru Besar Bidang Kajian Dunia Arab dan Islam Kontemporer UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Ibnu Burdah mengaku merasa berdebar-debar.
Ibnu Burdah melihat, pada Muktamar NU kali ini tekanan dari eksternal NU dinilai sangat besar. Dirinya khawatir hal itu akan menciderai spirit agung muktamar.
“Sebagai warga Nahdiyin di bawah, saya setiap menjelang Muktamar terus terang merasa deg-degan. Sebab, tekanan eksternal dalam Muktamar NU yang sudah-sudah begitu besar, konon kabarnya dari kekuatan-kekuatan politik juga kekuatan modal,” ungkap Ibnu Burdah dilansir dari akun Facebook pribadinya, Jumat (8/10/2021).
Untuk itu, ia berharap kepada seluruh penanggung jawab pelaksanaan Muktamar bisa menjaga integritas. Salah satunya mampu menahan tekanan dari dunia eksternal NU itu sendiri.
“Semoga para pengemban dan penanggung jawab pelaksanaan Muktamar ini betul-betul tahan terhadap tekanan ini dan membawa muktamar sesuai tujuan agungnya,” jelasnya.
Sebagai informasi, Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama telah resmi ditutup pada Ahad, 26 September 2021 lalu. Dalam acara yang berlangsung selama dua hari itu diputuskan pelaksanaan Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama pada 23-25 Desember 2021 di Lampung.
Pelaksanaan muktamar harus mendapatkan persetujuan dari Satgas Covid-19 nasional dan daerah. Keputusan tersebut diambil sebelum penutupan Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2021 dalam sidang yang dipimpin oleh Rais Syuriah Pengurus Besar (PB) NU KH Ahmad Isomudin, Wakil Ketua Umum PBNU Muhammad Maksum Machfoedz, dan Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faizal Zaini.