Tanah Obat di Sudut Madinah

 Tanah Obat di Sudut Madinah

Tanah Obat di Sudut Madinah (Foto: Achmad Shampton)

Ditulis oleh: Achmad Shampton (Kepala Kemenag Kota Malang, Jawa Timur)

 

HIDAYATUNA.COM, Yogyakarta – Saya mendengar pertama kali istilah “turab syifa”, saat ngaji Tafsir Ayatul Ahkam bersama Habib Husein Ibn Alwy Binagil di rumahnya.

Beliau bercerita bagaimana kisah debu madinah ini bisa menjadi obat dan menyembuhkan orang yang sudah koma beberapa tahun.

Saat orang tua saya pergi haji, saya sempat meminta beliau untuk mencarikan turab syifa ini.

Sayang kemudian sepeninggal orang tua saya itu debu madinah itu raib. Saya cari di lemari dimana orang tua saya menyimpan tidak ada.

Saya kembali teringat dengan turab syifa ini ketika di Hotel Manazil Haur Misfalah, saya mengadakan kajian kitab Hajjan Mabrura wa Sa’yan Masykura karangan Habib Muhammad Ibn Abdullah al-Haddar di musholla hotel untuk memberikan pembekalan bagi jamaah haji yang ada di hotel tersebut sebelum armuzna.

Pada pembahasan keistimewaan Madinah, Habib Muhammad menyitir sebuah hadits, “ghubarul Madinah syifaaun min kulli daa-in” yang memiliki makna debu madinah adalah obat dari segala penyakit.

Beberapa kali perjalanan haji, setiap kali saya menanyakan tentang turab syifa ini saya ketemu jawaban yang kurang menyenangkan.

Dalam kajian Habib Husein itu, beberapa kawan sempat bertanya hukumnya membawa tanah Madinah ke tanah air.

Karena ada riwayat keharaman mengambil sesuatu dari tanah haram.

Waktu itu Habib menjelaskan bahwa yang dilarang adalah yang tidak ada keberkahan didalamnya. Seperti air zamzam yang kita bawa pulang, bukankah itu juga dari tanah haram?

Seorang kawan PPIH Arab Saudi, Pak Sairin yang ikut membantu di konsultan ibadah Madinah, beberapa kali cerita tentang keberadaan turab syifa ini.

Kesempatan pertama datang ke tempat yang pernah diludahi Rasulullah dan sekarang telah menjadi kebun kurma milik seseorang ini ternyata tutup dan kami baru kembali setelah beberapa hari kemudian.

Pemilik kebun kurma itu kemudian mempersilahkan kami untuk mengambil tanah itu diluar pagar kebunnya.

Alasannya tanah yang ada didalam kebunnya sudah bercampur dengan pupuk yang najis.

Pemilik kebun kurma itu menceritakan bahwa tempat itu dalah wilayah Bani Sa’ib (atau Suaib?).

Namun sekarang wilayah ini telah menjadi kebun kurma yang disebut Bustan al-Shifa.

Disebutkan dalam salah satu riwayat bahwa Nabi Muhammad SAW menggunakan tanahnya untuk mengobati demam salah satu sahabatnya.

Seingat saya, Habib Husein bin Alwy Binagil menceritakan di kampung Bani Saib ini terjadi wabah penyakit dan Rasulullah mengobati mereka yang sakit dari tanah ini.

Berdasar riwayat ini, banyak orang kemudian mengambil tanah dari tempat ini hingga menjadi lubang yang dalam.

Beberapa hadits menyebutkan Nabi Muhammad SAW menyebutkan kesembuhan di tanah Madinah, antara lain yang diriwayatkan oleh Aisyah binti Abi Bakr,

“Bahwa Rasulullah SAW akan bersabda jika seseorang mengeluhkan suatu hal, atau menderita maag atau luka. Nabi, semoga Tuhan memberkati dia dan memberinya kedamaian,

Berkata dengan jarinya seperti ini. Sufyan meletakkan jari telunjuknya di tanah lalu mengangkatnya,

“Bismillah, turabu ardlina, biriqi bakdina, yasfil amradla bi idzni Rabbina.” Dengan nama Allah, tanah tanah kami, dengan air liur sebagian dari kami, agar dengan itu penyakit kami dapat disembuhkan, dengan izin Tuhan kami.”

Posisi tanah berlubang dalam karena sering diambil orang itu sekarang ini dimana, tidak pasti.

Tapi kalaupun tempat dimana kita mengambil sedikit tanahnya bukan tempat yang pas diludahi Rasul, tanah itu tetap masuk dalam dawuh Nabi, debu Madinah adalah obat dari segala penyakit. Wallahu a’lam. []

Redaksi

Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *