Sultan Agung Sosok yang Mendamaikan Keraton dengan Tradisi Islami
HIDAYATUNA.COM, Jakarta – Pada awal abad ke-17, dinasti besar yang berkuasa adalah Dinasti Mataram. Di sana, terdapat raja terbesar di tanah Jawa dari era paska Majapahit, yakni Sultan Agung.
Menurut sejarawan kontemporer Australia yang banyak menulis sejarah Indonesia, Merle Calvin Ricklefs atau dikenal M. C. Ricklefs menyebut sosok Sultan Agung adalah sebagai sosok penting yang berhasil mendamaikan keraton dengan tradisi Islami.
“Ia adalah tokoh penting yang mempertemukan dan mendamaikan keraton dan tradisi-tradisi Islami,” kata Ricklefs dalam bukunya berjudul Mengislamkan Jawa dikutip Selasa (7/3/2023).
Ricklefs melihat bahwa Sultan Agung secara jenius mampu mengakomodir dua budaya Jawa dan Islam menjadi budaya baru. Dalam kasus mistisisme dengan Ratu Kidul, Sultan Agung tetap merawatnya.
“Sultan Agung tidak lantas memutus hubungan mistisnya dengan penguasa rohani tertinggi masyarakat asli Jawa Tengah, yakni Ratu Kidul,” jelasnya.
Sebaliknya, Sultan Agung juga menguatkan sisi Islami dalam kepemimpinannya. Misalnya, ia mencetuskan penanggalan Islam Jawa, dimana di dalamnya perpaduan antara penanggalan Jawa dan Hijriyah.
“Ia (Sultan Agung) justru mengambil berbagai langkah tegas untuk menjadikan kerajaannya lebih Islamik,” sambungnya.
Namun lanjut Ricklefs rekonsiliasi kebudayaan antara indentitas Islamik dan tradisi kerajaan Jawa yang digagas Sultan Agung ini tidak dilanjutkan dengan antusiasme yang sama besarnya oleh para penerusnya.
“Selama beberapa dasawarsa, sebagian besar pemberontakan terhadap dinasti tersebut justru menggunakan nama Islam sebagai justifikasi mereka,” tandasnya. []